REDUM
Malam Selasa, 21 Maret 1998. 01 : 36 Seperti malam yang sudah berlalu, aku kini tengah menatap dinding kamar, sesekali beralih ke langit-langit. Berharap menemukan sesuatu untuk menghentikan otak agar dia lekas mati. Meski sebenarnya, beberapa obat membuatku mengantuk, namun malah membawaku pada mimpi-mimpi mengerikan dibawah alam sadar. Aku selalu tenggelam dalam pikiranku sendiri. Namun malam ini rasanya berbeda, seolah besok akan berakhir. Tidak, bukan tentang kematian. Tetapi tentang kehidupan secara konseptual. Mimpi dan harapan. Menyebalkan sekali ketika kusadari bahwa usiaku sudah tua. Namun masih menjadi beban untuk kedua saudaraku, sementara aku sendiri hampir gila menyelesaikan semua kewajiban ini SEORANG DIRI . Walau tetap saja, progresnya sangat lambat akibat segala kebodohan dan sikap pecundang yang kumiliki. Tiba-tiba saja ku teringat sesuatu. Tentang betapa selama ini aku telah berhasil bertahan, melarikan diri sampai rasanya kusadari ini sudah terlalu ja