Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

KEBAHAGIAAN YANG MURNI, IALAH BAHAGIA MENURUT DIRIMU SENDIRI

Gambar
  Mengapa manusia harus selalu tamak? Dalam hal apapun, mereka senantiasa bersaing. Katanya agar menjadi yang terbaik. Padahal sebenarnya, mereka sendiri tidak begitu yakin apa definisi terbaik itu sendiri seperti apa dan bagaimana. Terbaik bagi setiap orang jelas berbeda. Saya pribadi, menganggap kata terbaik ini, berdasarkan apa yang orang sukai saja. Jika sekiranya ia merasa telah mencapai sesuatu yang diinginkannya, maka itu sudah titik terbaiknya. Tidak perlu mendapatkan validasi dari orang lain. Saya harus mengakui bahwa kalau disandingkan dengan orang lain, jelas saya ini merupakan sebentuk beban besar dalam keluarga. Sudah dua puluh empat tahun, belum lulus, menikah apalagi, kerja juga, kerjaan di rumah hanya menghabiskan stok makanan, diam seperti karung beras, menghimpit guling atau bantal, menciptakan pulau baru, serta yang paling penting memperluas interaksi dengan makhluk imajiner dalam mimpi. Saya enggak menampik, benar kok bahwa saya memang pecundang. Tetapi seti

MENTORING KOK BEGITU SIH, PAK KIAYI?

Gambar
  Sebenarnya tidak akan menjadi masalah, jika ada orang yang menikah sebanyak empat kali, memutuskan untuk berpoligami atas dasar menjalankan syariat agama. Bahkan kalaupun dia sampai berdalih untuk meneladani sunah Rasulullah, dan punya anak sebanyak yang dirinya mau, itu hak dia sebagai individu. Namun yang menjadi sorotan disini, banyak sekali pernyataan dari mentor poligami ini yang kemudian menuai kritikan dari berbagai kalangan. Oke, mari kita mulai dari bagaimana awal mula topik poligami -yang sebenarnya sudah lumayan klasik menjadi pembahasan sejak lama ini- kembali merebak dan hangat diperbincangkan?   Awalnya, tim Narasi Tv menelusuri fakta tentang seorang pria bergelar kiayi, yang sehari-hari membuka pelatihan bagi para suami yang ingin berpoligami. Dipimpin oleh seorang reporter perempuan, episode ini akan   meliputi sebuah bisnis seminar bertemakan poligami. Dengan rumusan masalah yang merujuk pada, bagaimana   seminar tersebut bisa mendapatkan pasar lumayan besar di

PECUNDANG

Gambar
  Pemakaman Mamah adalah kali pertama dan terakhir saya mengunjungi nisannya. Setelah itu, aku tak pernah sekalipun menginjakan kaki di tanah yang sama, bahkan ketika hari raya besar sekalipun. Saya tahu, mungkin semesta juga. Bahwa saya adalah manusia paling egois di jagat ray aini. Saya tidak mau berusuan dengan masa lalu, dan emosi yang akan membuat saya kalut berlarut-larut. Saya mungkin anak durhaka karena tak pernah mengunjungi kuburan Ibu kandungnya sendiri. Tetapi demi Tuhan, saya selalu mendoakan keberadaan dan kebaikannya di alam sana. Saya hanya tidak ingin terperosok kembali dalam kesengsaraan dunia. Pernah merasakan tidak bagaimana rasanya depresi? Lebih dari sekadar kehilangan orang tercinta? Percobaan bunuh diri, yang belakangan malah kutertawai. Mengapa saat itu saya sangat tolol? Memangnya saya sudah punya cukup bekal amalan dengan niat menyusul tersebut? Goblok sekali. Lalu, belakangan. Perasaan rindu saya kepadanya sedang membuncah. Otak saya bergejolak mem