Review Film Memoir of a murderer

                                                     



Judul lokal : Salinjaui Gjeokbeob
Tokoh         : 
·        Sol Kyung Goo Sebagai Byeong So
·        Kim Nam Gil Sebagai Min Tae Joo
·        Seol Hyun AOA Sebagai Eun Hee
·        Oh Dal Su Sebagai Byeong Man
Sutradara : Won Shin Yeon
Waktu Rilis : September 2017
Genre : Crime, Thriller

Selama ini, gue  ingin sekali menulis sebuah buku dengan plot yang sederhana namun tak lantas membuat pembaca merasa bosan dan kecewa. Karena tulisan yang bagus itu, kata teman gue, adalah tulisan yang meskipun sederhana, tapi bisa merenggut perhatian pembaca dengan mudah dan tentu saja membuatnya tidak bisa berpaling.
            Contohnya, seperti  film yang satu ini. Di angkat dari novel karya Kim Young Ha, film ini akan menceritakan tentang riwayat hidup seorang mantan pembunuh berantai. Seorang lelaki bernama Byeong Soo yang semasa mudanya  “Hobi” membunuh, namun di masa tuanya kini dia malah mengidap penyakit Alzheimer. 
            Yang lebih parahnya lagi, lelaki itu justru harus siap menghadapi pembunuh berantai yang mengancam nyawa anaknya di saat dia sendiri harus berjuang melawan penyakit lupa kronisnya.




               Bagaimana cara Kyung Goo menyelamatkan anak gadis semata wayangnya dan alasan apa yang membuat lelaki itu berakhir menjadi seorang pembunuh berantai?
           
            Gue rekomendasikan film ini untuk kalian, dengan melampirkan beberapa poin yang menjadi alasan untuk pertimbangan apakah kalian harus menonton atau tidak.
1.       
     Plot cerita. Sudah berapa banyak genre film yang mengusung tema misteri pembunuhan berantai? Banyak bukan?. Tapi film ini gue pastikan akan berbeda dengan film-film bertema sama lainnya. Karena menurut gue, meskipun premis ceritanya sangat pasaran, namun cara sutradara mengeksekusi cerita menjadikan film ini berbeda dari yang lain. Plotnya asik banget, mengalir, dan gak terlalu bikin pusing karena harus mikir. Gue pribadi sangat menikmatinya, bahkan tidak sadar saat tiba-tiba layar laptop mulai menghitam tanda film sudah berakhir.
    
      
        Film thriller yang menjadi paling banyak di tonton pada tahun 2017 ini adalah bukti nyata, dimana film sederhana (Walaupun berbudget besar) dapat menjadi tontonan yang menarik hati dan mengalirkan perasaan kagum dalam waktu yang cenderung awet.
3.      
   Sinematografinya keren banget. Gue sampai berdecak kagum saat beberapa adegan yang seharusnya biasa saja di ambil dengan teknik yang luar biasa keren. Bahkan nih ya, adegan saat Byeongsoo hanya tidur tertelentang di hutan bambu saja tampak indah dan penuh seni.


4.     Coba bayangkan bila film ini memakai sudut pandang orang ketiga. Gue rasa sih, mungkin bakalan biasa banget deh. Karena nih ya, ketika si tokoh utama bernarasi tentang siapa dia, alasan kenapa dia jadi begitu, dan bagian dia sedang bermonolog, itu semua membuat film ini menjadi sangat menyenangkan untuk di simak.
5.    
      Gue juga suka sekali aktor pemeran Byeongsoo yang tampak sangat totalitas. Meskipun di dunia nyata, Kyung Goo ahjussi tidak setua itu. Namun di dalam film, dia benar-benar berhasil memunculkan kesan pelupa dan lelaki tua yang ringkih “tanpa dosa”. Aktor kawakan yang satu ini juga menurut gue sudah layak di jadikan panutan bagi para aktor muda di korea selatan sana.  
6.     
           Semua film korea yang pernah gue tonton, dengan bermacam genre . Sedikitnya pasti selalu menyelipkan adegan atau narasi yang mampu membuat gue meneteskan air mata. Di film ini, bahkan gue berusaha untuk tidak terisak. Banyak narasi Byeong Soo yang keren dan menyayat hati. Keren...
7.    
                         Pernah dengar tidak, kalimat “ Orang yang hilang ingatan itu, tidak akan lupa pada orang terkasihnya. Karena yang hilang hanya ingatan, bukan perasaannya.” Nah, sepanjang malam setelah usai menonton film ini. Gue malah merenungkan hubungan kalimat itu dengan beberapa narasi di film. Ternyata benar juga, meskipun gue sama sekali gak tahu kalau mungkin saja kalimat itu juga salah dan tidak bisa di buktikan secara ilmiah. 
           
            Namun tokoh utama yang kehilangan ingatannya ternyata masih bisa mengingat satu orang saja yang menurut dia penting dalam kehidupannya.  Meskipun dalam kasus di film ini, si tokoh tidak punya perasaan alias berhati dingin. Lalu apa yang terjadi?. Maka, tangannya yang sudah melakukan banyak pembunuhan sebagai suatu kebiasaan lama menjadi satu-satunya yang tertinggal dalam ingatannya. (Udah otomatis pengin bunuh kalau lagi kesel sama seseorang tuh )
8.     
                 Gue tidak bisa bilang kalau akting Seol Hyun jelek. Tapi ragu juga kalau harus bilang dia bisa berakting dengan bagus. ( Gue subjektif nih, bahkan gak tau AOA itu grup agensi mana)
9.    
              Suka banget sama penampilan Kim Nam Gil Oppa, bahkan jika di bandingkan dengan penampilannya di film one day dan drama Sageuk terbarunya (Deserving of name) di sini dia jauh lebih ganteng berkali lipat. Entah mungkin karena efek chubby dan karakter psikopat yang menambah kesan tampan. (Kalau di project syuting dia yang baru kan karakternya pecicilan dan wajahnya tirus semua )


    Gue biasanya jujur saat menilai sebuah film. Kalau bagus, ya bilang bagus. Kalau banyak kekurangan maka gue akan ulas semua kekurangan tersebut. Namun dalam film kali ini, gue kecewa karena sama sekali tidak menemukan kekurangan satupun. hehe
   
        Epilognya : Keren ! ( 4,5 / 5 Bintang )

 

Komentar

  1. review yg bagus dan emang bagus banget film nya gan, psikopat yang terbentuk karena keadaan itu mah, karena ayahnya yg sangat keras begitu, jadi terbentuk lah mental nya sedari kecil menjadi seorang yg psikopat tapi kalau untuk dia hanya membunuh org yg jahat yg menindas seperti yg ayahnya lakukan kepada dia.... btw kalau gak ada kekuranan satupun harusnya bitangnya sempurna 5 dong gan, kalau 4,5 berarti ada yg kurang harusnya haha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Film 7 Alasan Mengapa The Handmaiden (2018) Begitu Memesona