Review Film A Taxi Driver
Suatu
hari, Dosen gue pernah berkata bahwa Mark Twain berkata “ There are only two
things that can be lightening the world. The sun light in the sky, and the
Press in the eart” . Yang gue artikan sebagai Hanya ada dua hal yang bisa
menerangi dunia, matahari di langit dan Pers di bumi. *efek belajar bahasa
inggris dari keponakan gue yang masih bayi
Sepanjang Dosen gue menjelaskan
banyak hal tentang pentingnya pers di muka bumi ini, sebenarnya gue hanya mampu
mengangguk samar. Bukan tidak sepenuhnya mengerti sih, hanya saja gue sibuk mikir tentang gimana dunia ini bisa terang benderang hanya karena di sinari oleh
pers?
Lalu, betapa bahagianya gue saat
pertanyaan itu akhirnya dapat terjawab berkat sebuah film dokumenter produksi
korea. Sebuah film yang gue tidak sangka akan berdampak besar pada prinsip
hidup gue kedepannya.
Film yang di sutradai oleh Jang
Hoon ini menceritakan kisah seorang
Jurnalis asal Jerman bernama Hinzpeter ( Thomas Kretschmann) yang di mintai
bantuan oleh Jurnalis lokal korea untuk meliput sebuah pemberontakan yang
terjadi di daerah Gwangju ( Sebuah wilayah di Korea selatan), dimana hanya media asinglah yang di yakini dapat
memberitakan kisah pahit kediktatoran Militer kepada dunia tahun 1980 tersebut.
![]() |
Thomas Kretschmann sebagai Hinzpeter |
1. Gue sebenarnya
tidak terlalu paham pada bagian yang menceritakan pemberontakan di daerah
Gwangju-nya. Yang jelas, tahun 1980 korea punya satu lagi sejarah kelam yang
akan menambah pelajaran untuk siswanya
pelajari di kelas-kelas sejarah dan pendidikan kewarganegaraan.
2. Nah, yang kerennya
di sini nih. Sejarah kelam tersebut dapat sutradara sajikan lewat sudut pandang
yang unik. Yakni melalui perjalanan Hinzpeter sebagai perwakilan media asing yang bertugas meliput, dan seorang supir taksi yang mengantarkannya berkeliling Gwangju.
3. Pantas rasanya jika film ini menjadi film yang
paling banyak di tonton tahun ini, bahkan mengalahkan film yang di bintangi
oleh aktor papan atas sekelas Lee Jongsuk dan Song Jongki. Karena toh kita
tidak akan menyesal saat harus mengantri tiket dan menontonnya berjam-jam
kemudian. Selain sudut pandang cerita yang unik, kita juga akan tahu banyak
situasi korea sebelum menjadi negara yang maju seperti sekarang ini.
4. Dari menit pertama, kita mulai di suguhi
setting tahun 80-han yang di visualkan dengan baik oleh team produksi (Mungkin
syutingya memang di tempat peninggalan masa pro- demokrasi di Gwangju itu
terjadi) .
Kecuali saat adegan Kim Sabok mengendarai Taxinya mengelilingi kota
Gwangju, dapat kita lihat perbedaan yang mencolok dari sinematografi yang di
lakukan antara sedang berada di dalam mobil dan di luar mobil. Dan di sini gue
sedikit kecewa pada teknik CG nya kurang sempurna.
Tapi bisa di maklumi juga
sih ya, karena nggak mungkin kalau harus menciptakan studio yang sama persis seperti
suasana tahun 80-han dengan radius sepanjang taxi berjalan (Karena biasanya
sangat jarang menemukan lokasi yang sama sedemikian mirip dengan setting yang
ingin di gambarkan).
5. Gue suka cara
Sutradara dan penulis naskah menyampaikan pesan moral dalam beberapa adegan.
Dari mulai perubahan yang di alami oleh Kim Sabok ( Song Kang Ho) yang di awal
durasi di ceritakan sebagai sosok yang hanya menyukai uang, dan kurang jujur, perlahan
mulai berubah menjadi pengemudi taxi yang bijaksana. Tidak hanya memikirkan
tentang uang saja, namun keselamatan penumpang hingga sampai “Tujuan” yang
membuatnya rela mengesampingkan materi demi membela kebenaran.
![]() |
Jadi lebih bersahaja ya |
Dan si jurnalis
Hinzpeter yang semula hanya memenuhi permintaan teman sesama jurnalis di
korea-nya, dengan alasan yang sebatas rasa bosan menjadi jurnalis di Jepang pun
perlahan berubah menjadi penuh ambisi untuk menyelamatkan ribuan nyawa dan
membuka fakta yang di rasakan langsung
oleh warga Gwangju malang.
6. Satu lagi Tokoh
penting selain dua tokoh di atas, Yaitu Jae Sik ( Ryu Jun Yeol) yang gue rasa
kehadirannya meski sebagai cameo memang cukup penting bagi jalannya
cerita. Meskipun dalam setiap peran yang dia terima selalu berakhir dengan
kenestapaan.
![]() |
Jun Ryeol paling muda, cieeee |
7. Hal lain yang
sangat menarik dari film ini , menurut gue adalah cara si Supir taxi berkomunikasi
dengan Si Jurnalis itu. Bahasa inggris dengan kosa kata yang sederhana, dan itu
sangat menggelikan.
8. Lalu, gue
menyempatkan membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa ternyata pemeran jurnalis asal Jerman itu cukup
kesulitan saat menjalani proses syuting. Karena menurutnya, logat bicara orang
korea itu sangat datar. Membuatnya kebingungan apakah lawan aktingnya sudah
selesai membaca bagian dilognya atau belum. Kasihan ya.
![]() |
Mr. lagi bingung nunggu giliran |
9. Mungkin, untuk
kalian yang tidak menyukai genre film sejarah, dsb. Akan sangat tidak setuju
dengan review gue kali ini. Karena film ini, untuk ukuran orang awam (Misalnya
orang-orang yang hanya suka menonton film karena faktor aktor dan Rating
internasional) akan kurang memahami di sebelah mana letak keren dan rating
tinggi yang akan gue berikan di akhir poin nanti. Film ini, cukup membosankan
sebenarnya. Tapi tidak bagi gue yang sedikit-sedikit sudah mempelajari sejarah
pers baik di dunia maupun di indonesia. ( ini gue ceritanya mau sombong karena
nemu film yang berhubungan sama jurusan yang gue ambil)
10. Epolog. Ending
film ini, ya tonton aja deh ya. Dan yang paling gue suka dari film dokumenter
itu adalah bagian epilog yang seringkali menampilkan tokoh asli dimana
ceritanya bisa sampai di filmkan.
Film ini juga begitu, di akhir durasi (Lihat saja ya sendiri gimana sosoknya). Sosok
Jurnalis Jerman itu (Sebelum meninggal) di tampilkan dengan membawa beberapa
prakata untuk di sampaikannya kepada Kim sabok yang entah dimana keberadaannya.
Nah, sayangnya mungkin team produksi film ini sama-sama gagal mencari
keberadaan Kim Sabok (Nama samaran). Entah kenapa, gue mendadak berharap banget
kalau Kim Sabok secara kebetulan menonton film yang mengisahkan kebaikan dan
sikap heroiknya di masa lalu.
![]() |
Wah, bangga pasti ya bisa memerankan karakter penting |
11. Tapi ya, ada satu adegan klimaks (Saat taxi di kejar komunis) dimana gue merasa bahwa scene tersebut mengingatkan gue pada sebuah scene di film hollywood (gue lupa apa judulnya) dan itu jujur sih agak bikin ehm, kenapa sih.
12. Wah, Review film
pertama gue dengan ulasan sampai 12 poin.
(4,5 / 5 Bintang)
Catatan : Semua gambar bersumber dari mbah gugel.
Kim sabok sudah meninggal karena kanker pada tahun 1984
BalasHapus