Review Buku ; Ubur-ubur lembur
Oleh Sukma Nurrizki
Awal februari, bang dika secara resmi meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Ubur-ubur lembur. Buku komedi ke-sekian yang berhasil menghibur gue selaku fan setianya.
Dan seperti biasa, bang dika menyajikan pengalaman seru sehari-harinya ke dalam bentuk cerita yang di kemas dengan komedi menggelitik khas Raditya Dika.
Jujur ya, mendengar bang dika akan melahirkan buku baru. Gue senang bukan main, akhirnya bang dika kembali sebagai Penulis. Sejak membaca buku terakhirnya, gue sudah lupa kalau dia adalah penulis. Makanya, ketika ada kesempatan meminjam bukunya (Ketauan minjemnya nih) , gue sangat antusias membacanya dalam sekali duduk.
Berikut Review gue tentang Ubur-ubur lembur.
Judul : Ubur-ubur lembur
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : Gagas media
Editor : Windy Ariestanty
Penyelaras aksara : Jeffri Fernando
Penata letak : Purta Julianto
Desainer sampul : Agung Nurnugroho
Foto penulis : Sardo Michael
Ilustrator sampul dan isi : WD Willy
Panjang halaman : 232 Halaman.
Harga : Rp. 60.000
Masih sama, dalam buku terbarunya Bang dika tetap mengangkat pengalaman hidupnya yang ternyata juga penuh unsur komedi. Jadi intinya dia hanya menceritakan pengalamannya kepada pembaca.
Pertama, gue suka cover buku-buku bang dika dalam cetakan terbarunya. Semua di desain ulang menjadi lebih unyu dan berwarna. Cocok jadi pajangan utama dalam daftar koleksi buku.
Kedua, gue merasa sangat terkejut begitu membaca bab pertama buku ini. Gue merasa bahwa gaya tulisan bang dika, meskipun tetap sama namun terasa lebih rapih dan nyaman untuk di baca.
Ketiga, gue kehabisan kata sih ya. Nggak nyangka aja ternyata bang dika menonjolkan sisi lain yang selama ini tertutupi oleh kebe**annya. Hahaha
Disini gue menyadari bahwa bang dika itu ternyata bisa membungkus hal-hal sederhana dalam hidupnya, menjadi sesuatu yang bermakna untuk seterusnya memberi pemahaman tentang banyak hal.
Di setiap bab, bang dika menulis tentang cinta, patah hati, persahabatan, keluarga, serta pekerjaan yang ia cintai.
Dari sana, gue merasa semakin kagum sama cara dia menyematkan “hal penting” itu dalam cerita yang ditulisnya. Jadi kesannya, dia tetap hanya bercerita. Dan kita sendirilah sebagai pembaca yang menemukan atau mendapatkan pemahaman itu sendiri.
Gue pribadi paling suka bab yang Pada sebuah kebun binatang dan Di bawah mendung yang sama.
Jadi gue sangat merekomendasikan buku ini sebagai “camilan” di sela perasaan bosan yang mendera.
Ohya, bab terakhir sangat berarti banget buat gue yang punya impian jadi penulis. 😍😍
Bang dika, kamu sudah berhasil jadi pencerita yang hebat.
Ohya, bab terakhir sangat berarti banget buat gue yang punya impian jadi penulis. 😍😍
Bang dika, kamu sudah berhasil jadi pencerita yang hebat.
(4 / 5 Bintang)
Komentar
Posting Komentar