Yang Kusuka Dari Kuliah

Cr Beritagar 


 Catatan : Untuk kali ini, pakai aku dulu ya. Gue sedang istirahat. Hehe  

                    Satu bulan lagi, aku akan memasuki semester atas. Sudah cocok dipanggil senior, karena belumlah pantas dipanggil senior jika  masih punya dua tingkat senior diatas kita. Halah, lupakan, nggak penting juga bahas senioritas. Maka,  langsung saja ya ke inti masalah . Jadi, apa yang paling kusuka dari kuliah?

               Entahlah, dengan merenung sehari semalam pun rasanya masih sulit untuk tahu bagaimana harus mulai menjelaskannya. Karena aku tidak tahu pasti apa yang membuat semua ini terjadi, semua ini apa? Ya, maksudnya semua hal yang sudah kuraih.

 Ehey, ayolah sukma. Apa yang sudah kau raih?!

Semua orang tentu paham bagaimana rumitnya sistim belajar dan pembayaran kuliah. Tidak ada yang menepis perasaan keki ketika banyak tugas akhir mingguan, sampai tugas akhir semester dengan deadline yang membunuh. Apalagi masa-masa krisis kembalinya spanduk khas menjelang Ujian Semester. 

Tapi...
Entahlah, sesulit apapun situasi yang menghampiri. Aku tetap suka Kuliah.
Entahlah, semenyedihkan apapun kondisi yang kualami. Aku tetap suka Kuliah.
Entahlah, selelah apapun tubuh dan pikiran ini. Aku tetap suka Kuliah.
Entahlah, serumit apapun masalah pribadi atau kelas. Aku tetap suka Kuliah.
Entahlah, semembosankan apapun Dosenku. Aku tetap Suka Kuliah.
              
Mungkin kalian tak tahu seberapa pengecutnya diriku. Bagiku, tak ada lagi orang paling pengecut dimuka bumi Ini  selain seorang Sukma Nurrizki. Dulu, aku bahkan tidak pernah berinteraksi dengan makhluk lain. Ya, tentunya yang bisa berbicara. Malah aku lebih sering berbicara dengan headseatku, semua playlist boyband kesukaanku selalu menjadi teman bicara. Uh, sungguh aneh.



Lalu, singkat cerita. Usai memasuki bangku kuliah, aku merasa terlahir kembali. Aku tak pernah membayangkan hari-hari itu akan tiba. Saat harus memaksakan diri bergabung dengan teman ujian seleksi, teman Bela Negara, teman Ospek, teman semester satu, dan teman Jurnalistik sekarang.

Aku tidak pernah menyangka akan semenyenangkan itu mengacungkan tangan, melontar pertanyaan, bertaruh harga diri jika seandainya dosen tidak bisa mengerti kemana arah pertanyaanku. Aku juga tidak pernah menyangka bisa menjadi inspirasi adik tingkatku yang sama-sama suka literasi. Apalagi, aku selalu tak menyangka akan dapat pujian dari kakak tingkatku dulu tentang tulisan-tulisan mentahku yang mereka anggap cukup bagus di posting untuk keperluan blog resmi kampus.

Ya tuhan, aku tak pernah merasa sehidup ini. Bercak-bercak perasaan mewarnai hari-hariku yang berharga sebagai Mahasiswa. Aku suka sekali kegaduhan kelas, meski sebenarnya hal itu begitu menyebalkan. Aku suka beberapa Dosen dengan semua ilmu yang beliau bagikan, aku suka saat harus mengerjakan tugas menjelang berakhirnya deadline, aku suka perasaan iri ketika temanku di puji Dosen, aku suka perasaan sedih ketika IPK ku tidak lebih besar dari sebelumnya, aku suka pemandangan yang mengelilingi gedung unguku, aku suka suara gemerisik pasir yang  bergesek dengan roda kendaraan, aku suka karena bisa bertemu dengan orang-orang yang suka sastra, aku suka karena pergaulanku jadi lebih luas meski masih ‘selebar’ daun kelor,   aku suka banget sama kalian ( Ceu Haji),  aku juga suka suara “ Terima...kasih” mbak fingerprint yang selalu ramah meski kadang aku menggunakan jari tengahku untuk mendaftar absensi. (Hihihi )  The one and only, aku suka dia meskipun dia nggak suka aku. (Huhuhuhu)



Ketika aku menulis ini, semilir angin berembus halus menerpa sela sela bulu romaku. Menciptakan sensasi menggigil. Tiba-tiba aku merasa rindu yang amat sangat. Sudah dua bulan tidak pernah lagi menginjakan kaki di kampus saja rasanya sudah sehampa ini, bagaimana jika aku justru harus pergi sebelum waktunya?

Meskipun, fakta membuktikan bahwa memasuki semester lima sekalipun aku belum meraih dan melakukan sesuatu yang mengesankan seperti teman-teman yang lain. Aku tetap bersyukur, tidak akan ada yang mengalahkan perasaan bangga karena sudah bisa mengatasi masalah pribadi, terutama krisis percaya diri.

Buah dari sekolah. Walau semuanya tetap fake, pada akhirnya aku merasa sama. Aku sudah jarang merasa berbeda lagi. Aku menemukan jati diriku. Selain itu, tentu saja aku punya kesibukan. Alhasil, lupalah aku pada kerumitan hidup ini. Hahaha



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Drama Empress Ki

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil