Review Film Confession Of Murder (2012) ; Premis Cerdas Berbalut Action Menyegarkan



Judul Korea : Naega Salinbeomida
Sutradara : Jung Byung Gil
Penulis : Jung Byung Gil, Lee Young Jong, Hong Won Chan.
Sinematografi : Jung Young Kyeon
Tanggal Rilis : 8 November 2012
Genre : Thriller
Distributor : Showbox ( Korea Selatan )
Pemeran :
Jung Jae Young Sebagai Detektif Choi Hyung Goo
Park Shi Hoo Sebagai Lee Dook Suk

Kim Young Ae : Sebagai Han Ji Soo

Jung Hae Kyun Sebagai J




Award :
1.      2013 (50th) Daejong Film Awards- November 2013
2.     Best New Director – Jung Byung Gil
3.     Thriller Award – 2013 (31st) Brussels International Fantastic Film Festival
4.     Best Screenplay – 2013 (43th) Baeksang Arts Awards- 9 Mei 2013

Sumber : Wikepedia Indonesia


           Detektif Choi Hyung Goo ( Jung Jae Yong)  bertanggung jawab atas kasus pembunuhan berantai yang menewaskan sepuluh gadis tak berdosa sebagai korbannya, termasuk gadis yang ia cintai.  Sayangnya, si pembunuh berhasil meloloskan diri. Tak pernah terdengar lagi jejak kejahatannya. 

         Lima belas tahun kemudian muncul seorang pemuda bernama Lee Dook Suk  ( Park Shi Hoo) yang menyatakan dirinya sebagai pembunuh berantai atas sepuluh kasus pembunuhan gadis yang pernah menggemparkan seantero negeri tersebut.

        Dook Suk dikaruniai fisik yang rupawan, hingga semua pengakuan dan rasa bersalah yang ia tuliskan dalam sebuah buku berhasil mengantarkannya pada ketenaran luar biasa. Ada beberapa kubu masyarakat yang mulai menggemarinya, namun tetap ada juga sebagian masyarakat yang mengecam tindakan tobatnya yang dinilai sebagai intrik bisnis semata.

Tak cukup sampai disana, setelah konflik sedikit lebih memanas. Muncul lagi seseorang yang mengaku bahwa ialah pembunuh berantai sesungguhnya.

“Panggil saja aku dengan inisial J” Pinta pria itu pada sebuah siaran televisi yang menghadirkan Lee Dook Suk dan Detektif Choi Hyung Gu sebagai narasumber dalam  program debat publik demi mengusut tuntas kasus usang tersebut.

Semua semakin tidak terkontrol setelah pria yang ingin disebut J itu mulai melakukan aksi-aksi teror, ia melakukan berbagai cara agar publik dapat percaya seratus persen atas pengakuannya. Sementara disisi lain, Lee Dook Suk masih pada pendirian yang sama. Kukuh bahwasanya ialah pembunuh yang asli. Siapapun pelakunya, yang penting ia harus segera ditangkap sebelum undang undang pembatasan kasus yang hanya berjangka 15 tahun habis.

 Sungguh membingungkan bukan? , maka jadilah penonton yang setia sampai durasi film ini berakhir jika kamu ingin tahu siapa pembunuh sebenarnya.
Pada awalnya, film ini menyajikan opening yang biasa saja. Sama seperti film pembunuhan pada umumnya, adegan si pembunuh melarikan diri. Dan kemudian si Detektif mengejarnya, yang herannya aksi kejar-kejaran itu selalu terjadi saat di bawah  derasnya hujan pada malam gelap gulita.   Belum lagi  kondisi gang yang  sempit,  atau atap yang rapuh. Cukup klise... Kenapa nggak di pusat perbelanjaan aja gitu ya, yang banyak orang dan pencahayaannya cukup. Hehe

Namun menjelang durasi ke-36 menit, suasana mendadak berubah puluhan kali lebih menegangkan, seru untuk disimak, sayang untuk diskip, dan sedikit menjijikan dengan berbagai adegan serta pengenalan tokoh yang sebut saja ia adalah tokoh paling tidak tahu malu.

Ya, awalnya. Tapi seiring berjalannya durasi, perasaan yang bercampur aduk itu hanya akan berubah menjadi satu kata yang dapat menggambarkan film ini  dengan sesederhana mungkin ; Mengagumkan.

Lantas apa yang membuat film ini bisa gue bilang sebagai film yang mengagumkan?

Pertama- Tokoh.

               Setiap karakter dalam cerita memiliki peran yang cukup penting, meski sebenarnya jatah waktu untuk penampilan mereka sangatlah sedikit. Contohnya, para keluarga korban yang masih memendam hasrat untuk balas dendam kepada sang pembunuh. Jujur saja sih, kehadiran mereka itu seperti ada dan tiada. Tapi nyatanya mereka sangat ikut andil dalam melancarnya laju plot.

Kedua- Sinematografi.

               Ada nggak yang pernah nonton film senikmat ketika gue sedang menonton film ini? Kalau ada, hubungi gue via E-mail di bawah nanti ya. Sumpah nih, demi gue yang tiba-tiba hapal password wifi tetangga (  Joke Retjeh bukan?) gue sangat menikmati film ini terlepas dari durasinya yang cukup lama. Salah satu yang membuat film ini sangat nikmat untuk disimak adalah Teknik pengambilan gambarnya.

               Teknik sinematografi yang epik, meskipun nggak indah-indah banget sih. Tapi gue rasa film ini memberikan semacam terobosan baru dalam menyajikan scene demi scene.  Seperti pas Detektif berusaha menyelamatkan Lee Dook Suk dari aksi penculikan yang dilakukan oleh keluarga korban, disana ada beberapa teknik pengambilan gambar menggunakan kamera infrared. Pokoknya seru deh, kayak lagi syuting uji nyali atau Uka uka.

Terakhir- Plot Twist

               Cerita yang sangat mengalir adalah kunci kesuksesan film ini tentang bagaimana caranya menarik rasa penasaran penonton hingga kemudian menjaganya agar tidak lekas menguap sebelum filmnya selesai.

               Selama satu jam lebih, gue pribadi sama sekali tidak punya masalah tentang film ini. Gue tetap menyimak cerita sampai tanpa disadari ternyata filmnya sudah mau selesai. Itu membuktikan bahwa banyak hal yang dapat mengecoh perasaan penonton agar menuntaskan rasa penasarannya. Yang gue rasakan, film ini tidak hanya mengandung unsur ketegangan ala-ala Thriller pada umumnya. Gue juga bisa merasakan momen romantis, mencekam, frustasi, bahkan mengharukan. Ditambah lagi film ini juga sebenarnya tidak terlalu serius, ada beberapa lelucon ringan. Setidaknya gue bisa sedikit terkekeh, lumayanlah buat sejenak menanggalkan adrenalin yang terpacu tiada henti.

               The best of this movie is its unpredictable plot.  Demi mantan yang minta balikan padahal ia udah punya pacar baru, Ending film ini memang luar biasa bikin melongo. Menjawab segala rasa penasaran penonton dengan sedemikian bangsatnya. Hahaha

               Salah satu plot twist terbaik yang pernah gue tonton.

                Tapi tetap saja, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan yang maha Esa. Meski demikian, rupanya film ini masih punya beberapa hal yang mengganjal dalam hati. Sebagaimana film tentang kasus pembunuhan yang melibatkan pihak berwenang ( Detektif, polisi, Jaksa, dsb) sebagai salah satu korban yang terlibat langsung dengan si pembunuh lainnya. Film ini juga rasanya tidak ingin terlalu banyak melibatkan anggota dari pihak berwenang tersebut.

 Diceritakan bahwa si tokoh utama selalu menghadapi semuanya seorang diri. Abis beres, sekonyong-konyong dua tiga mobil team kepolisian dan satu ambulans udah parkir aja di TKP. Lah kenapa nggak bareng-bareng aja kan ya? Biar nggak di sangka jomblo gitu. Sendiri sendiri bae !

               Atau adegan seperti ini. Ayolah, masa iya bisa berantem di atas mobil. Bayangkan betapa tidak akan bertahan lamanya adegan perkelahian tersebut. Lebih dari sepuluh menit itu hampir mustahil. Berdiri di atas mobil yang sedang melaju saja sudah amazing banget, apalagi gelut.

               Yang amat menonjol sebagai pendukung cerita dalam film ini hanyalah Media pers, mereka menggunakan cara-cara nakal bahkan terkesaln licik demi mendapatkan perhatian publik. Ya, sebagai calon orang-orang pers, gue sedikit belajar bahwa media itu memang tergantung siapa yang megang. Bisa jadi A, nggak lama kemudian berubah jadi O. Uluh, dikira golongan darah kali yak.


               Bagaimanapun, film ini bisalah ya gue rekomendasikan sebagai film yang enak buat dinikmati saat punya waktu senggang. Apalagi buat jomblo yang justru nggak punya waktu sibuk dimalam minggunya.
4,5 / 5 Bintang.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Drama Empress Ki