Spoiler Free Review Film Hope ( 2013) ; Harapan Baru Untuk So Won





Sutradara : Lee Joon Ik
Penulis Naskah : Jo Joon Hoon & Kim Young Dae
Distributor : Lotte Entertaiment
Pemeran :
Lee Re Sebagai Im So Won
Sol Kyung Gu Sebagai Ayah So Won
Uhm Ji Won Sebagai Ibu So Won
Durasi : 122 Menit


Review.
              
               Dalam bahasa korea, So Won berarti harapan. Dan sesuai judul film ini, tokoh utama cerita diberi nama Im So Won. Mungkin dengan maksud merujuk kesana, orang tua gadis kecil itu pasti berharap banyak hal baik yang akan terjadi di masa depan anak mereka nanti. Atau, bisa jadi So Won sendirilah yang merupakan harapan hidup mereka.

               Ayah So Won hanya seorang buruh pabrik. Sedangkan Ibunya sibuk mengurusi toko kelontong tak jauh dari rumah. Maka setiap hari, So Won begitu dewasa mengurusi dirinya sendiri. Bangun tidur, mandi, berseka, sarapan, dan bersiap pergi ke sekolah. Sambil menonton kartun kesukaannya, biasanya So Won meminta satu-satunya bantuan untuk mengikat rambutnya. Sisanya, ditekankan lagi bahwa semua itu ia lakukan seorang diri.

               Hari dimulai dengan hujan deras mengguyur lingkungan tempat tinggal So Won. Jadilah pagi itu sang gadis kecil berjalan seorang diri (lagi) menuju ke sekolah. Berbekal payung kuning, So Won mengambil rute gang yang memang sudah ia hapal di luar kepala. Jalur dari rumah menuju sekolah paling cepat.

               Namun nahas, seorang pria asing yang dengan penampilan menjijikan terlihat tengah mabuk berat dan mencegah So Won yang padahal nyaris sampai ke gerbang pintu sekolah. Pada titik ini, sebenarnya So Won paham betul tentang amanat orang tuanya- dan mungkin semua orang tua dimuka bumi ini- untuk tidak berbicara dengan orang asing.


               Tapi karena sudah tabiat anak kecil yang memang masih berhati polos dan tulus. Dengan maksud berbagi payung demi menolong pria tersebut, So Won malah di culik. Untuk kemudian disekap, menerima tindak kekerasan fisik dan seksual, dan terutama pukulan hebat bagi mentalnya. Kenestapaan mengerikan pun di mulai. Berbekal kesialan tersebut, hidup So Won akhirnya berubah menjadi seperti neraka.

               Sehabis diperlakukan dengan sangat biadab, Im So Won ditinggalkan begitu saja dalam sebuah ruangan bekas gudang di dekat sekolahnya. Kondisinya amat mengenaskan, narasi bahkan memberi label usus terburai, mata lebam, wajah sobek-sobek, dan beberapa luka lain di sekujur tubuhnya.

          Dengan kondisi serupa itu saja penonton sudah dipersilahkan merinding, marah, merasa iba, dan sedih di saat bersamaan. Namun penulis naskah seolah belum puas akan hal yang penonton rasakan, maka dibuatlah adegan pelumas kesedihan biar semakin lancar membikin penonton menangis tersedu. Dalam kondisi sekarat, alih-alih mencari nomor orang tuanya. Sekuat tenaga So Won justru menggapai-gapai ponselnya, lalu menghubungi nomor darurat 911.

               Sesampainya di rumah sakit. Usai mendapat penanganan dan berbagai operasi darurat. Akhirnya So Won sadarkan diri meski kondisinya masih memperihatinkan. Kemudian sang Ayah masuk dan menjenguk anaknya yang masih di tempatkan dalam ruang khusus.

               Menurut penuturan So Won, itulah hal pertama yang terlintas dalam benaknya. Fakta yang akan langsung merenggut kewarasan sesaat orang tua manapun jika So Won adalah anaknya.

               “ Aku pikir, Ayah dan ibu akan sibuk. Tapi orang jahat itu harus di tangkap, jadi aku menghubungi 911.” Ujar So Won, nafasnya tersengal-sengal karena masih menggunakan oksigen tambahan.

               Tentu perasaan sang Ayah langsung mencelos, hatinya hancur begitu mendengar penuturan putrinya. “ Pandai sekali, kamu sekarang sudah pintar ya.” Balas Ayahnya, memuji demi menyembunyikan kesedihannya.

               Orang tua mana yang takan menyesal mendengar anaknya berkata demikian. Hanya karena tak ingin mengganggu kesibukan keduanya, sang anak justru lebih memilih solusi lain bahkan dalam kondisi darurat dan menyakitkan.

               Kemudian So Won terus menerima perawatan rutin. Setelah sempat menerima operasi darurat, gadis itu dinyatakan kekurangan fisik secara permanen. Membuang beberapa bagian usus yang rusak, membuat So Won harus buang air besar dan kecil lewat lubang kecil di sisi kanan perutnya.

               Lalu tak lama kemudian, keriuhan yang di sebabkan oleh wartawan harus membuat ayah So Won mati-matian menyembunyikan identitas dan keberadaan putrinya agar tidak terendus media dan semakin terlibat dalam pemberitaan besar-besaran.

               Waktu itu, dalam keadaan darurat. Kantung tempat pembuangan punya So Won tidak sempat di gunakan. Dan karena So Won tak bisa menahan lagi, maka kotorannya berceceran di seluruh ranjangnya. Okay, pada bagian ini. Semuanya terasa begitu miris, psikis So Won mulai terganggu. Ia mengalami trauma pada hal-hal yang barusan ayahnya lakukan. ( Ayahnya memaksa So Won untuk tetap diam, dengan maksud membersihkan ceceran tersebut. Tapi So Won malah berontak karena tidak suka terhadap kontak fisik paksa yang mengingatkannya pada kejadian hari itu.)



               Sejak itu So Won tidak mau bicara dengan siapapun, terkhusus kepada Ayahnya. Selama beberapa bulan, gadis kecil itu terus mendapatkan perawatan konseling dari ahlinya. Lama-kelamaan akhirnya So Won mau berbicara. Ia mulai menanyakan banyak hal tentang ketidak adilan dalam hidup yang diterimanya. Banyak pertanyaan yang membuat hati penonton terenyuh. Pertanyaan yang nantinya akan di jawab oleh dirinya sendiri dan bikin ending film jadi lebih nyes.

               Yang bikin sedih dari film ini sebenarnya selain dari  kejadian yang menimpa So Won hari itu.  Hati penonton akan lebih cenderung tersayat-sayat saat menemui bagian dimana So Won harus menghadapi dunia yang sama dengan kondisi yang jelas berbeda. Ia harus lapang dada saat teman-temannya mulai memandang aneh padanya, harus terbiasa dengan alat bantu melakukan proses pencernaan, mengetahui fakta bahwa pelaku tidak dikenai hukuman berat. ia juga harus berusaha dewasa menerima pikiran-pikiran semunya tentang ‘ seandainya orang tuanya lebih menyayangi si adik bayi yang sempurna ketimbang dirinya’. Ah, menusuk lah pokoknya.

               So Won bertanya pada sang psikolog. “ Kenapa aku dilahirkan?”

               Tidak ada jawaban, hingga...

               Di ending film, So Won terus bernarasi tentang perasaan terbarunya. Ia berubah menjadi lebih bijak, “ Karena, bisa terlahir kedunia ini adalah sebuah anugrah.” Pungkasnya, sambil menggendong adik bayi.

               Film pun tamat ~~~

               Untuk plot ceritanya sendiri memang cukup mendayu-dayu, tapi dijamin tidak membosankan. Karena penonton akan selalu tersihir oleh laju perkembangan kondisi So Won, karena rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya maka film ini tidak berakhir membosankan.





               Kita tentu harus mengacungi jempol untuk penampilan para aktor yang memerankan karakter jauh lebih baik dari ekspektasi. Khususnya Lee Re yang menjalankan tugasnya dengan baik sebagai So Won. Aktris kecil itu sangat terampil mengembuskan ruh ‘seorang So Won’ yang dalam cerita di paparkan sebagai karakter paling tersiksa. Dan terakhir, untuk sinematografinya, tidak ada yang spesial.

               4,5 / 5 Bintang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Drama Empress Ki