Review Film The Great Battle (2018) ; Sinematik dan Menggugah Kagum
Sutradara : Kim Kwang Sik
Penulis Naskah : Kim You Jin, Park Eun Kyo, Kim Kwang Sik.
Distributor : Next Entertaiment World
Pemeran :
![]() |
Jo In Sung Sebagai Yang Man Chun |
![]() |
Park Byung Eun Sebagai Poong |
![]() |
Bae Sung Wu Sebagai Chu Suji |
![]() |
Uhm Tae Gu Sebagai Pa So |
![]() |
Park Soong Woong Sebagi Li Shimin |
![]() |
Seoul Hyun Sebagai Baek Ha |
![]() |
Nam Joo Hyuk Sebagai Samul |
![]() |
Oh Dae Hwan sebagai Hwal Bo |
![]() |
Jung Eun Chae Sebagai Shi Mi |
![]() |
Nih, Aslinya cakep-cakep. |
Durasi : 132 Menit.
Sinopsis Singkat :
Tahun enam ratus empat puluh lima, kaisar Li
Shimin ( Park Soo Woong) menyerukan
kepada pasukannya untuk menyerbu sebuah wilayah yang belum ia kuasai bernama
Ansi. Disana, telah menanti seorang pimpinan kelompok bernama Yang Man Chun ( Jo In Sung) yang rela mengorbankan apapun
demi keutuhan Ansi. Bersama dengan Samul dan rekan seperjuangan, Man Chun terus
menyiapkan strategi perang agar tak terkalahkan oleh musuh.
Disisi lain, Samul merupakan seorang pemuda yang
dulunya memang bagian dari Ansi. Namun karena sebuah pertikaian, ia memutuskan
untuk ikut bersama dengan Jendral Yeon. Mereka pindah dan menarik diri ke
Pyeongyang ( Ibu kota Goryeo) dan menganggap Man Chun sebagai pengkhianat
karena pada peperangan sebelumnya mereka merasa bahwa Man Chun tidak mau mengambil bagian dalam
perang tersebut.
Sebagai pembuka konflik, Jendral Yeon memerintahkan dan mengutus Samul untuk membunuh Yang Man Chun. Namun, alih-alih menghabisi pria itu. Samul justru merasa tersentuh atas sikap Man Chun memperlakukan rakyat dan pengikutnya dengan sangat baik dan royal.
Sebagai pembuka konflik, Jendral Yeon memerintahkan dan mengutus Samul untuk membunuh Yang Man Chun. Namun, alih-alih menghabisi pria itu. Samul justru merasa tersentuh atas sikap Man Chun memperlakukan rakyat dan pengikutnya dengan sangat baik dan royal.
Review.
Pada awal durasi. Kita akan dibawa pada
peperangan pertama dimana konflik antara Jendral Yeon dan Yang Man Chun
dimulai. Karena adegan tersebut, gue cukup meragukan film ini untuk kedepannya.
Gue pikir, film ini tidak benar-benar
dibuat dengan hati. Efek suara dan Editing terasa masih setengah-setengah.
Namun memasuki durasi di pertengahan cerita, gue
keliru. Karena pada pertempuran yang sesungguhnya, departemen sinematografi
berhasil memberikan yang terbaik untuk film. Menjadikan film ini salah satu
yang terbaik dari segi sinematografi. Ia ( The Great Battle ) menghadirkan
teknik pengambilan gambar yang beragam dan tak monoton. Terkadang memukau
dengan adegan sinematik dan enak dipandang mata, kadang kala bikin merinding
karena mawah dan menawan, dan satu waktu begitu menyentuh karena sentuhan
melankolis berhasil memengaruhi perasaan penontonnya. Untuk ceritanya sendiri,
film ini berfokus pada storyline pertempuran panjang yang melibatkan jutaan manusia
dan membutuhkan waktu kurang lebih delapan puluh depan hari penuh. Jadi cukup
bersahabat untuk di simak karena tak terlalu berkutat di politik. Dan yang gue
suka dari The Great Battle adalah bagaimana cara penulis menampilakan strategi
bertempur yang benar-benar memberi kesan orisinil khas masa tersebut. Gue terkagum-kagum
saat menyimak bagian dimana perajut Ansi dibawah perintah Man Chun menaklukan
strategi perlawanan dengan alat-alat yang cukup modern milik musuh. Oh, jadi
sebelum pertempuran memakai senjata semacam senapan, dan bom seperti perang
dunia satu dan dua. Begitu kiranya penggambaran pertempuran pada masa sebelum
modern.
Yang ingin gue komentari selanjutnya dari film ini adalah penampilan
aktor. Gue amat bersyukur kepada Jo In Sung dan Nam Joo Hyuk, yang tidak merasa terbebani dengan ekspektasi orang-orang karena mengambil peran
yang ditolak oleh aktor sekelas Lee Byung Hun dan Park Bo Gum. Eh, bukannya gue
bilang bahwa mereka tak selevel dengan kedua aktor tersebut. Namun, gue hanya
salut saja setidaknya pasti ada pandangan negatif tentang hal ini. Sebaliknya,
kedua pemeran utama justru membuktikan bahwa mereka bisa lebih bagus dari
dugaan publik.
Untuk tokoh lain, tidak terlalu menonjol juga ya.
Semua punya porsi yang cukup dan tidak terlalu berusaha membuat penampilan yang
berlebihan. Eh, ada sih sebenarnya tokoh yang menarik perhatian baik karena
aktingnya yang bagus atau justru sebaliknya.
Selain kedua bintang utama, gue memuji penampilan
terbaik Jung Eun Chae di film ini. Memerenankan cenayang, ia kembali terlihat
elegan sehabis penampilan di drama The Guest sempat gue kritik. Disini, Eun
Chae bermain aman. Mengerahkan segala kemampuannya membuat aktingnya berakhir
serba secukupnya, tidak mengecewakan namun tidak juga meraih kagum.
Untuk
akting yang buruk, Seol Hyun AOA adalah pemenangnya. Gue tuh bingung ya kalau
menyimak aksi dia saat berakting tuh, dibilang jelek tapi dia cukup bagus kok
memerankan karakternya, tapi kalau dibilang bagus dia juga gak
berhasil-berhasil amat mengemban tugasnya. Nah gue cukup menyayangkan sih
mengapa karakter Baek Ha jatuh kepada aktris idol dengan kemampuan dangkal
sepertinya.
Ohya, gue juga tidak menyangka bahwa Park Sung Woong juga bisa menemui
penampilan terburuknya saat berakting. Sejak dulu gue selalu setuju bahwa
akting ahjusi yang satu itu memang bagus, namun dalam film ini entah mungkin
karena dia memerankan karakter kaisar kerajaan seberang jadinya agak canggung
dengan pelafalan bahasa asingnya yang terdengar seperti tengah mengeja.
Kesimpulannya, seperti judulnya. Film ini
mewakili keseluruhan pertempuran itu sendiri. Meski tetap gue sayangkan bahwa
sepanjang durasi, film ini tak punya nyawa dalam sudut pandang yang lebih
dramatis dan sanggup membuat penontonnya berurai air mata. Meski dengan adegan
sedih sekalipun, gue tetap tak bisa menangis. Itu artinya, ia ( The Great
Battle) gagal memposisikan diri sebagai film yang punya sisi drama menggugah
nurani. Yeah. Hal-hal yang berkaitan dengan peran dan pertempuran notabenenya
harus dramatis, kan?
3 / 5 Bintang.
Komentar
Posting Komentar