Review Drama Mr. Sunshine (2018) ; Pertunjukan Memukau, Mengesankan, dan Tak Ada Duanya
Sutradara : Lee Eung Bok
Penulis Naskah : Kim Eun
Sook
Jumlah Episode : 24
Distributor : tvN & Netflix
Pemeran :
Lee Byung Hun Sebagai Eugene Choi / Choi Yoo Jin |
Kim Tae Ri Sebagai Go Ae Sin |
Yoo Yeon Seok Sebagai Go Dong Mae |
Byun Yo Han Sebagai Kim Hui Seung |
Kim Min Jung Sebagai Hina Kudo / Lee Yang Hwa |
Sinopsis Singkat.
Mengambil
latar waktu sekitar tahun 1863- 1903, ketika itu adalah masa dimana ekspedisi
Amerika Serikat ke Kerajaan Korea selatan ( Joseon) baru terjadi . Drama ini
bakal nyeritain kisah hidup seorang anak lelaki bernama Choi Yujin.
Yujin adalah
keturunan budak sebuah keluarga paling kaya di Hanyang ; Ibu kota Joseon (
Korea pada jaman dahulu). Pada suatu hari, keluarga Yujin terlibat
‘pemberontakan’ terhadap majikan mereka. Karena sebuah alasan, Sang ibu yang kukuh dengan keteguhannya
menjadi hilang asa dan memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah
budak-budak lain lakukan dimasa itu.
Hari
yang berat, tidak ada kata paling sendu di banding kematian. Tapi untungnya,
Yujin berhasil melarikan diri berkat pengorbanan
Ibunya. Yujin terus berlari sejauh dirinya bisa melangkahkan kaki.
Sehabis
menyusuri lembah, hutan, bukit dan sungai. Yujin tiba di rumah seorang pengerajin tanah
liat. Berkat sang pengerajin, takdir
hidupnya pada akhirnya bergulir jauh sekali hingga melintasi benua.
Belasan
tahun kemudian, Yujin kembali menginjak
tanah kelahirannya sebagai pria bernama Eugene Choi. Seorang kapten marinir
angkatan darat Amerika serikat berkebangsaan amerika. Bersama atasannya, Eugene
bertugas menjaga beberapa wilayah dan
nantinya akan ikut andil dalam
jejak sejarah perpolitikan di
semenanjung Joseon.
Tadinya
Eugene tidak mau terlibat dengan apa dan siapun di tanah kelahirannya yang menyimpan
seabruk kenangan buruk. Namun perlahan tapi pasti, dirinya mulai tenggelam dalam skenario tuhan
bersama orang-orang yang pernah dan akan menyelematkan kehidupannya dikemudian
hari. Sejak itu, Eugene Choi sadar bahwa dirinya tidak akan pernah bisa lagi
menghindar dari pertumpahan darah, gelora cinta, kesetiaan, dan benih-benih patriotisme.
REVIEW.
POSTER.
Tidak
hanya poster resmi utama yang populer dikalangan Netizen, poster karakter juga cukup
mendapat banyak perhatian. Kamera berhasil membidik semua karakter berserta segala
keseriusan dan misteri yang melekat bersama dengannya.
Dari mulai tatapan lekat, properti yang
nantinya akan menjadi penguat proses penokohan, hingga aura dan kesan berbeda
yang menguar dari setiap penampilan karismatik para aktor.
Namun,
dari sekian banyak poster yang dirilis sebagai spoiler. Hanya ada satu poster yang paling menarik
perhatian, menjelma menjadi perwakilan untuk menggambarkan drama secara keseluruhan.
ALUR CERITA.
Awal cerita,
penulis akan mengajak penonton untuk berkeliling agar bisa menyimak latar belakang masa lalu
para tokoh yang paling berpengaruh dalam
kesolidan cerita di kemudian episode.
Buat gue
sendiri, gue merasa kalau hal itu
sebaiknya tak usah dilakukan. Sebab, dari apa yang gue alami setelahnya
hanyalah memperoleh perasaan bingung. Secara gitu ya, baru permulaan cerita. Penonton
akan sedikit kesulitan membedakan mana tokoh utama dan yang mana tokoh
pendukung. Bahkan, gue sempat keliru mununjuk karakter Perwira Jang sebagai Go
Dong Mae saking terlalu detai proses memperkenalkan setiap karakter.
Memasuki pertengahan cerita. Karena plot yang
lambat serta dialog yang terlalu bertele-tele dan bersifat tersirat. Membuat
paruh kedua dari drama terasa cukup sulit untuk disimak. Ada banyak hal yang
penonton inginkan, namun pada akhirnya tidak terjadi apa-apa. Penonton hanya
harus menyimak narasi serta adegan selingan dan terkadang kurang penting saja.
Barulah di
paruh terakhir cerita. Menuju ending, drama ini justru akan memberikan apa yang
tidak penonton harapkan sebelumnya. Mendadak sekali ada banyak kejutan demi
kejutan yang tentu saja sangat mengesankan karena tidak tertebak sama sekali.
Keseruan semakin
bangkit ketika penulis mulai berani menyerang para tokoh ciptaannya dengan bertubi-tubi,
segala macam cobaan dan tanpa belas kasihan pula. Dari mulai pertentangan keputusan Ae Shin
tentang pernikahan, runtuhnya keluarga Go, terkuaknya perkumpulan kelompok
kebenaran, dan masih banyak lagi. Semua itu berhasil membuat penonton bersedia
menata ulang kembali rasa simpati terhadap tokoh yang sempat hilang, sekaligus
rasa percaya kepada penulis sebagai tuhan kecil bagi mereka.
Intinya, Kim
Eun Sook sebagai penanggung jawab cerita berhasil menyampaikan The Five
elements of story plots dengan sangat baik meski tidak menyentuh tahapan
sempurna.
Walaupun sedikit bermasalah pada bagian Beginning
Eksposition, ternyata Eun Sook cakanim mengerahkan segala daya dan upayanya
hingga pada akhirnya penonton sukses larut dalam bagian Konflik, Klimaks,
Falling Action, dan Resolution.
PEMERAN / CAST .
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan mega drama hasil
kolaborasi antara sutradara dan penulis besar ini, nyatanya tak lepas dari
keterlibatan para aktor yang memberikan penampilan terbaik mereka sebagai para
pelaku cerita. Berkat mereka, selain dari jalan cerita yang seru. Masih ada hal
lain yang bisa dibahas berkat kemampuan akting
yang mumpuni dan tidak diragukan lagi kualitasnya.
Misal :
· Jika Bukan Lee Byung Hun
Pada tahap
penunjukan pemeran, drama ini membuat heboh netizen saat pengumuman resmi atas
terpilihnya aktor yang akan memerankan karakter Eugene Choi, siapa sangka aktor
sekelas Lee Byung Hun mau menerima naskah drama padahal sudah lebih dari
sepuluh tahun dirinya tak pernah tampil di layar kaca lagi.
Meski
begitu, terpilihnya Lee Byung Hun sebagai pemeran utama pria rupanya menuai
banyak pro dan kontra. Netizen mempermasalahkan jenjang usia antara ia dan
pemeran utama wanita yang cukup jauh.
Hal itu cukup
konyol, walau ternyata ada benarnya juga. Orang-orang – Termasuk gue sendiri- sudah sejak awal mempertanyakan bakal seperti
apa kemistri dua aktor dengan jenjang usia yang jauh jika memerankan sepasang
kekasih ?
Namun pada akhirnya, gue yakin
orang-orang akan menyadari kenaifan mereka saat harus setuju bahwa pesona itu
nggak tumbuh Cuma dari paras dan penampilan fisik aktor semata, karisma dan
pembawaan karakter rupanya bisa turut andil menumbuhkan definisi memesona dalam
diri sang seniman.
Faktanya, Lee Byung Hun berhasil
mematahkan anggapan orang yang meragukan
kemistri antara ia dan pemeran utama wanita yang berusia lebih muda.
Melirik dari kontroversi tersebut, bukin
gue sedikit berkhayal bagaimana jadinya jika karakter Eugene Choi ini tidak di
perankan oleh Lee Byung Hun. Apakah akan kurang cocok, atau justru lebih cocok
dibandingkan dia? .
Jika bukan Lee Byung Hun, berikut aktor
khayalan gue yang sepertinya boleh nih juga buat meranin Kapten Choi :
1 Jo
Seung Woo
Jo Seung Woo dalam drama Secret forest |
Dengan muka
oriental khas orang korea, Seung Woo Ahjussi juga bisa menjadi kandidat utama
seumpama dirinya menerima peran Eugene Choi. Tentu saja secara fisik ia juga
lebih menarik dari Lee Byung Hun.
Joo
Ji Hun
Ju Ji Hun dalam Film Spy Gone North |
Perannya
sebagai tentara dalam film Spy Gone North gue rasa bisa menjadi gambaran
sederhana seandainya ia berperan menjadi Eugene Choi. Selain itu, tentu saja Ji
Hun ahjussi jauh lebih tampan dari Lee Byung Hun. Pun rasanya akan sangat cocok
bila bersanding dengan karakter utama wanita.
Kang
Dong Won
Kang Dong Won dalam film MASTER |
Siapa sih
yang nggak kenal sosok aktor yang satu ini? Jejak karirnya yang gemilang
membuat siapa saja tentu akan dibuat terpesona oleh parasnya yang aduhai,
apalagi kemampuan aktingnya sudah tidak diragukan, juga penguasaan bahasa
inggris yang cukup bagus meski tidak sepasih Lee Byung Hun.
Namun,
sekeras apapun gue membayangkan ketiga sosok tersebut seandainya mengambil alih
peran Eugene Choi. Tanpa disadari gue telah terjangkit sesuatu yang bernama
Karma ( Tanpa dengusan Roy Kiyoshi, ya). Gue berulang kali terpesona oleh
kemampuan berlakon Byung Hun ahjussi, aksi-aksi penyelamatannya, dialog-dialog
dramatis, juga aura karismatik dan elegan.
Ohya, dan
jangan lupakan kemampuan berbahasa inggris yang ternyata cukup pasih untuk
ukuran lidah orang korea yang cenderung sulit dikuasa oleh mereka. Ehem, atau
bisa jadi inilah satu-satunya aspek yang membuat Lee Byung Hun ahjussi satu
tingkat lebih unggul dari ketiga rekomendasi aktor yang juga pernah beradu akting dengan Lee Byung Hun tersebut.
· Pesona Go Dong Mae dan Samurainya
Gue sama
sekali tak menepis pesona seorang Yoo Yeon Seok, yang seribu persen berhasil
membawakan karakter Dong Mae sang ahli samurai dengan begitu apik.
Gerak-geriknya menggambarkan karakter terasa begitu nyata hingga gue lupa bahwa
dia hanyalah seorang aktor. Masalahnya, Yeon Seok memang punya kebiasaan luar
biasa dimana dia mampu tenggelam dalam karakterisasi. Jika berlakon jadi
dokter, maka penonton akan percaya bahwa dirinya adalah dokter sungguhan. Pun
dengan karakter dalam drama ini, dimana perannya adalah seorang pemuda yang
menguasai pedang samurai dan berbagai seni bela diri khas negeri samurai memang
begitu memukau.
· Si Cowok Plamboyan, Kim Hui Seung
Karakter
yang bersikeras melawan penjajahan lewat pena ini pada awalnya memang tidak mendapat banyak
tempat di hati gue sebagai penonton. Namun menjelang paruh kedua cerita, Hui
Seung duryeonim entah mengapa menjelma menjadi sosok yang menawan.
Selain- tentu saja tampan- dia juga ternyata cukup bijaksana menyikapi rasa
kehilangan dan perpisahan. Karakternya juga menjadi yang paling bersahabat
diantara dua tokoh utama lainnya. Kadang konyol, kekanakan, narsis,
menyebalkan, tapi selalu konsisten berakhir menjadi keren.
· Tentang Dia, si ‘ Perempuan Satu Untuk semua’
Selama ini,
gue tidak pernah mengagumi karakter perempuan dalam sebuah drama kolosal.
Selain karena kesan pertama mereka adalah wanita bangsawan yang lemah gemulai,
dan lebih banyak digambarkan sebagai sosok yang lemah secara kemampuan
bertarung. Visual para aktris juga terlalu cocok untuk memerankan karakter-
cewek banget- tersebut.
Berbeda
dengan karakter Go Ae Sin yang merupakan pusat utama pusaran cerita, gue dibuat
jatuh cinta oleh pesona ‘maskulin’ yang diberikan oleh Ae Sin. Selain itu, dari
segi fisik. Pemilihan aktris Kim Tae Ri juga merupakan keputusan paling tepat
berhubung wajahnya tidak hanya memancarkan rona kecantikan semata.
Mode dingin dan tangguh |
Mode Ahgasi |
Catat,
seribu kali ngaca juga dia itu cantik. Tapi pada bagian tertentu, Tae Ri
berhasil melepaskan kesan feminim dan beralih pada mode dingin dan
tangguh.
· Dua Kepribadian Untuk Dua Nama
Kim Min Jung,
aktris yang namanya tidak terlalu familiar ini akhirnya punya kesempatan
melebarkan sayap aktingnya. Dia berhasil tidak mengkhianati kepercayaan penulis
dan sutradara yang sudah menunjuknya untuk berperan sebagai Hina Kudo atau Lee
Yang Hwa.
Ada hal yang
unik dari karakter Min Jung. Disisi lain ia bersikap kuat, tegar, dan menguasai
seni bela diri demi melindungi keselamatannya. Semua kriteria itu muncul saat
ia menampakan diri sebagai Hina Kudo.
Namun sisi lainnya, ia bisa terlihat
sangat lemah, rapuh, dan putus asa. Hal yang hanya bisa dilakukan saat tengah
menjadi Lee Yang Hwa. Bahkan sebagai penonton, gue merasa lebih bersimpati pada
karakter Hina Kido dari pada Go Ae Sin yang notabenenya merupakan karakter
utama wanita.
· Kekuatan para pemeran pembantu
Tak hanya
jajaran utama saja. Peran pembantu yang bertugas menjadi karakter pendukung
dalam jalannya cerita, dengan sepenuh hati mampu menambah cita rasa drama
menjadi lebih kaya akan rasa. Orang-orang sekitar Eugene Choi, Hui Sung, atau
Ae sin semuanya melakukan tugas secara maksimal. Bahkan gue merasa bahwa
adegan-adegan menyedihkan dan menyesakan dada justru datang dari mereka.
SINEMATOGRAFI.
Drama ini mengantongi
anggaran produksi sebesar hampir enam ratus milyar. Maka tidak heran bila
setiap episode yang tayang berhasil mendapatkan hasil terbaik dan berkualitas.
Salah satu
aspek yang bikin Mr Sunshine menaklukan hati banyak penonton adalah
Sinematografi. Tidak hanya jalan cerita, aktor, dan setting tempat saja yang mampu
memanjakan penonton. Rumah produksi dapat mempertanggung jawabkan dana produksi
dan sukses mengangkat kualitas drama ini
dua kali lipat lebih tinggi dari drama kolosal populer yang pernah tayang .
Meski hanya
menggarap sebuah drama, tak lantas membuat departemen sinematografi menjadi
pelit ide. Semua kemampuan yang mereka miliki dikerahkan dengan sepenuh hati,
dan pada akhirnya bikin penonton dengan mudah melihat ketulusan tersebut lewat
adega-adegan sinematik dan luar biasa indah. Menjadi satu-satunya drama dengan
teknik pengambilan gambar paling cantik yang pernah gue tonton seumur hidup.
Teknik CGI tidak beda jauh seperti penggarapan sebuah film, meski tidak selalu mulus.
Adegan biasa saja, namun dibuat menjadi lebih indah dan dramatis.
·
·
·
Adegan pertumpahan darah, yang
tidak hanya memukau namun juga menyentuh.
KERJA KERAS TUAN SUTRADARA.
Sebagai
‘kemudi’ jalannya produksi drama, Sutradara Lee Eung Bok melakukan tugasnya
jauh lebih baik daripada duet sebelumnya bersama sang penulis. Jika harus
dibandingkan dengan Goblin, tentu saja Mr Sunshine punya lebih banyak daya
tarik. Dan yang gue suka dari kerja sama mereka kali ini adalah mereka selalu
singkron dan kompak.
Entah
mungkin berhasil melewati ketidakcocokan, atau justru sama-sama menyikapi
perbedaan pendapat secara bijaksana. Yang jelas gue merasa sang sutradara
selalu mau memenuhi apa yang dinginkan sang penulis. Dampaknya, semua imajinasi
penulis sukses tertuang kedalam visualisasi yang membuat sebuah cerita fiksi
yang hanya bisa dinikmati oleh Kim Eun Sook seorang kini dapat dinikmati serta
dikagumi banyak orang.
MENYOAL SKENARIO SPEKTAKULER
SANG PENULIS
Awalnya gue
tidak terlalu mengagumi Kim Eun Sook, mungkin karena dua naskah sebelumnya
memang sama sekali tidak cocok dengan selera gue. Tapi setelah menonton Mr
Sunshine, akhirnya gue mengerti alasan dibalik julukan penulis termahal yang
tersemat diantara namanya.
Tidak
heran juga jika beliau punya kemampuan memilih daripada dipilih. Semua project
comeback-nya selalu ditunggu-tunggu dan meraup banyak investor untuk
bekerja sama dengannya. Karena, Kim Eun Sook itu jenius.
Disaat
penulis lain sibuk membuat cerita paling kompleks dan misterius, Eun Sook
cakanim justru memfokuskan diri tak hanya pada cerita melainkan pendalaman
karakter dan membangun plot kuat yang memang menjadi ciri khas dari setiap
karyanya.
Setelah
sempat putus asa oleh drama Goblin, gue
akhinya dibuat terkagum-kagum berkat ide cerita yang diangkat kedalam drama Mr
Sunshine. Sebagai drama pertama yang mengangkat momentum ekspedisi amerika ke
korea. Drama ini seutuhnya sukses memberikan suguhan terbaik, lewat visualisasi
serta ost dan musik yang mengeringinya.
Narasi yang puitis, tata kamera sinematik, hingga iringan Original Sound Track dan musik yang bahkan saat adegan sedang tidak terlalu menyedihkanpun mendadak mengubah perasaan menjadi lebih emosional.
Di awali oleh Park Hyo Sin |
Di akhiri oleh suara serak Hwang Chi Yul |
Namun
nyatanya segala suatu itu tetap punya borok atau cela. Sebaik apapun drama ini,
ada bagian dimana gue merasa kurang setuju pada tahap peleraian cerita.
Ibaratnya mau bersin, penonton berkali-kali dibuat kesal karena nanggung dengan
sensasi ‘nggak jadi bersin’-nya itu.
Setelah
dipikir-pikir lagi, ternyata Kim Eun Sook itu adalah tipikal penulis yang suka bertele-tele. Plot cerita sengaja dibuat
semakin renggang, bahkan kalau perlu direntangkan biar nantinya lebih dramatis
dan berkesan. Huih, untung saja berhasil. Karena sejak gue memahami formula
tersebut, di enam episode terakhir gue justru sedikit parno seandainya Mr.
Sunshine akan berakhir nggak banget
seperti Goblin.
Ohya,
dan untuk adegan paling berkesan sepanjang dua puluh empat episode tentu saja
adalah episode terakhir. Gue suka bagaimana cara penulis menyelesaikan takdir
para tokoh dengan begitu terhormat dan elegan. Gue suka ketika penulis
memberikan momen super mengharukan bagi setiap detik terakhir dari para tokoh.
Gue
suka saat penulis memaparkan tiga kisah cinta untuk lelaki yang berbeda. Setiap
#teamcouple punya daya tarik tersendiri begitu mereka punya adegan dalam satu
frame yang sama.
#TeamAesinEugene |
#TeamAesinDongmae |
#TeamAesinHuiseung |
Terakhir gue suka banget sama
kemampuan penulis mambangun hubungan baromance setiap karakter yang beliau
ciptakan. Membuat drama menjadi lebih menarik untuk disimak.
Mr. Sunshine |
GOBLIN |
D.O.T.S |
The
best hictorical korean drama of all time – 5 / 5 BINTANG.
Sumpah Mr sunshine menjungkirbalikkan dunia nyata gw. Setelah dua tahun berlalu pun, belum ada satupun drama yg bikin gw move on. Ending dari segalanya bikin gw terhanyut sekaligus ngasih tepuk tangan terhebat.
BalasHapusSemuanya menjadi mahakarya.
Kim Tae Ri menjadi pusat kererpesonaan gw dari segala pesona yg gw dapet dari drama ini. Udahlah gw lemah kalo bahas Mr sunshine, takutnya entar gw malah bikin ulasan sendiri disini
Salah satu drama terbaik dari semua aspek. Yg bikin merinding, terharu, ketawa, sampe gagal move on setelah tamat. Setuju sama pndapat soal KES yg fokus ke pendalaman karakter. Setelah nnton ini dan skrg lagi ongoing The King, poin satu ini mmg unggul di tiap naskah yg digarap. Jadi berasa deket sama masing2 karakternya. Anw asik ka reviewnya. Semoga bisa mampir ke blog saya juga 😁😁
BalasHapus