Review Film Molmae : The Secret Mission ; Genre Sejarah Tak Harus Selalu Serius Kok







Sutradara : Uhm Yoo Na
Penulis Naskah : Uhm Yoo Na
Pemeran :
Yoo Hae Jin Sebagai Kim Pan Soo
Yoon Hye Sang Sebagai Ryu Jung Hwan
Kim Sun Young Sebagai Goo Ja Young
Kim Hong Fa Sebagai Teacher Jo
Kim Tae Hoon Sebagai Park Hoon
Woo Hyeon Sebagai Im Dong Sik
Min Jin Woong Sebagai Min Woo Chul
Heo Sung Tae Sebagai Ueda
Song Yong Chang Sebagai Ryu Wan Taek ( Jung Hwan’s Father)

Distributor : Lotte Entertaiment
Durasi : 135 Menit

Tentang :
        Pada masa dimana Jepang menjajah korea. Sebenarnya tidak terlalu gencar menggunakan kekerasan sebagai teknik menjajahnya seperti ketika pertama datang ke tanah Joseon ( Korea lama) Sebab setelah tiga puluh tahun, Jepang mulai berbaik hati untuk tidak melakukan kekerasan mendadak atau tanpa alasan.
        Pada tahun dimana Ryu Jung Hwan telah selesai sekolah di Jepang dan kembali ke negaranya. Joseon telah memiliki kehidupan yang semi modern dengan Jepang sebagai pelopornya. Namun sayang, semua hal yang berbau negaranya telah hilang digerus kebudayaan negeri penjajah.
        Anak kecil tidak lagi memiliki nama Korea, bahkan mereka tidak bisa berbahasa korea yang adalah bahasa nenek moyang mereka sendiri. Lalu remaja lelaki yang bersekolah di yayasan korea berkiblat Jepang juga demikian. Mereka tidak diijinkan berbicara menggunakan bahasa korea, wajib mengganti nama menjadi marga Jepang, pun harus hidup sebagai generasi muda Jepang.
        Melihat itu, Jung Hwan geram bukan main. Bersama teman sejawatnya, ia mempunyai ambisi untuk mengabadikan kata demi kata dalam bahasa korea untuk masa depan anak cucu mereka.
        Dibalik proses pembuatan kamus tersebut, Jung Hwan bertemu dengan seorang lelaki tidak berpendidikan dan memiliki kehidupan yang cukup buruk bernama Kim Pan Soo. Namun  siapa sangka, ternyata, mereka dapat bersahabat baik dan menuntaskan misi membuat kamus tersebut.

Review :

        Gue memang suka banget film yang ngebahas tentang sejarah. Merasa amat bangga kala Indonesia mulai menelurkan satu persatu film bergenre kolosal dan berbumbu sejarah tanah air. Rasanya tuh kek terjun ke masa lalu negeri tercinta.
        Namun sayang, enggak kayak negeri tetangga ( Bukan Malaysia) kita masih dalam tahap awal memperkenalkan kebudayaan zaman dahulu. Masih berpaku pada film –film Biografi tokoh sejarah fenomenal saja.
        Kalau di korea, film sejarah mereka bukan lagi seputar tokoh aja. Melainkan memang udah ke tahap dimana nyeritain sebuah kasus fenomenal, Insiden, Peristiwa, Tokoh, bahkan hanya sebuah benda doang gitu.
        Misalnya kayak film yang satu ini. Berdasarkan sejarah, film ini bakal nyeritain gimana perjuangan para pahlawan masa dulu yang dengan segenap hati dan jiwa mereka tetap bertekat bikin Kamus berbahasa korea yang saat itu adalah pekerjaan paling berisiko.
        Gue awalnya agak pesimis karena tau sendiri lah yah, dari setting waktunya aja ini film tuh udah berbau kekerasan penjajahan ala Jepang itu gue tahu bakal sekejam apa. Distrubing banget lah.
        Tapi, gue salah kaprah sih. Karena ternyata film ini tuh sama sekali enggak serius. Cuma seriusnya tuh menjelang ending doang. Sisanya malah komedik banget anjir. ( Kok kek anak jaksel gitu ya gue kek apaan sih kek sok gaul gitu kek apaansih)
         Tetapi yang hebatnya nih, meski banyak memasukan unsur-unsur komedi. Film ini tetap pada garis materi yang sejak awal ingin disampaikan. Alias emang beneran komitmen sih.
        Secara presentasi garis besar. Film ini nyatanya mampu menghadirkan suasana korea tahun 1920-1940 an yang mana emang semua situasinya tuh hasil dari budaya jepang banget. Gedung-gedung, Bioskop, Rumah, Pasar Raya, dan sebagainya telah berhasil dihadirkan dengan visual otentik pada masa itu.
        Secara penuturan cerita memang agak mendayu-dayu sih. Dengan durasi nyaris dua jam setengah, menurut gue lumayan setimpal dengan gelaran drama di akhir cerita. Yang mana memang butuh waktu lama buat membangun perasaan mencapai klimaks tersebut.
        Penampilan para aktor yang bahkan untuk karakter pendukung saja didukung oleh aktor papan atas. Film ini layak menjadi film dengan predikat mahakarya. Sepanjang durasi, wajah-wajah aktor yang muncul emang beneran mereka yang udah banyak tampil di layar kaca dan lebar korea selatan. Tidak usah diragukan lagi bagaimana kemampuan lakon mereka.
        Overall, meski enggak sekompleks dan dramatis Ode To My Father beberapa tahun lalu. Tapi menurut gue ini film sejarah korea paling menghibur secara konten-nya.

3, 5 / 5  Bintang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Drama Empress Ki