Review Film Cristhoper Robin (2018) ; Warm and Cozy
Sutradara : Mark Forster
Penulis Naskah : Alex Ross Perry dan
Kawan-kawan.
Pemeran :
Ewan Mc Gragor Sebagai Cristhoper Robin
Distributor : Walt Desney Studios
Durasi : 104 Menit
Tentang :
Dinarasikan,
seorang anak kecil bernama Cristhoper Robin memiliki sahabat-sahabat
menggemaskan dan begitu setia menemaninya menghabiskan waktu untuk bermain.
Seiring
berjalannya waktu, Cristhoper Robin tumbuh menjadi anak kecil yang nyatanya
harus ikut mereguk kesibukan perkotaan sebagaimana mestinya. Berkutat dengan
sekolah, tugas, prestasi, dan bagaimana caranya mencapai cita-cita.
Hingga
puluhan tahun kemudian, Cristhoper Robin berubah menjadi seorang kepala
keluarga yang sibuk dengan pekerjaan kantornya. Berkat itu, Cristhoper Robin
menjadi tak punya waktu lagi untuk keluarga. Bahkan putri kecilnya harus rela
menelan ludah kala Ayahnya selalu gagal menemaninya bermain dan melakukan hal
menyenangkan lain.
Lalu,
mencapai titik terakhir. Cristhoper Robin yang tercekik oleh tuntutan pekerjaan
secara ajaib dipertemukan kembali dengan
sosok sahabat masa kecilnya, yakni Pooh.
Pooh
yang memang terkenal polos dan tak pernah mengenal arah dengan baikpun
tersesat, sampai berakhir luntang-lantung di kota tempat Cristhoper Robin
tinggal. Karena tak ada pilihan lain, Cristhoper Robin terpaksa mengantarkan
Pooh pulang ke rumahnya yang terletak lumayan jauh dari kota. Tempat mereka
bermain bersama dahulu kala. Dan percaya
atau tidak, pertemuan dan perjalanan pulang itu lantas mengajarkan sesuatu hal
yang selama ini sempat diabaikan oleh Cristhoper Robin.
Review :
Tokoh kartun
Winnie The Pooh merupakan salah satu
legenda perkartunan dunia. Ia menjadi begitu iconic dengan makanan kesukaannya
yakni madu. Kemudian dalam film ini, sosoknyapun diangkat sebagai bagian dari
tokoh utama sesuai film originalnya. Juga tak lupa dengan rombongan teman-temannya.
Gue
pribadi tidak terlalu mengenal Pooh ini. Berbeda dengan sosok Doraemon yang gue
hapal banget bagaimana sejarah rakun (pasti dia marah) itu bisa turun ke abad
dimana Nobita masih bodoh dan malas. Gue hanya mengenal sosok Pooh sebagai
beruang imut yang suka banget sama madu.
Mari
mengulas film ini. Sebelumnya, gue ingatkan kepada kamu yang sebelum menonton
film ini sudah heboh berekspektasi tinggi terhadapnya. Karena film ini jelas
akan sangat jauh dari ekspektasimu itu.
Cristhoper
Robin memiliki premis sederhana, penceritaannya juga cenderung ringan dan biasa
saja. Kita akan disuguhkan realita kehidupan seorang manusia. Yang anehnya,
semua itu gue pikir benar adanya.
Karakter
Cristhoper Robin ini seolah menjadi cerminan manusia-manusia zaman sekarang
yang sulit meloloskan diri dari berbagai tuntutan pekerjaan dan hal duniawi
penting lainnya, hingga mulai melupakan esensi menikmati kehidupan yang
sesungguhnya.
Yang
gue suka dari film ini, bagaimana cara sutradara merepresentasikan masa
kanak-kanak menjadi begitu indah nan menenangkan.
Gue
jatuh cinta pada adegan dimana Cristhoper Robin kecil duduk berdampingan denga
Pooh disebuah batang pohon yang menghadap ke luasnya perbukitan beratapkan
langit biru, desau angin yang menerbangkan anak rambut, serta sosok imut pooh
yang kakinya tidak bisa menapak ketika duduk. Sederhana, namun mengena.
Disana
Cristhoper Robin masih sangat naif, berjanji akan selalu setia dan takan pernah
berubah. Kemudian adegan tersebut
diulang kembali saat Cristhoper Robin sudah beranjak dewasa, persis dengan
posisi yang sama seperti puluhan tahun silam.
Tata
produksinya juga rapih, dilihat dari usaha departement sinematografi yang cukup
berada diambang standar. Tidak terlalu memukau, tapi tak cukup juga untuk
dikatakan buruk. Selain itu, scoring music film ini juga lembut dan mewakili
filmnya sendiri.
Untuk
penampilan aktor utama, gue rasa karakter Cristhoper Robin ini jatuh ke orang
yang tepat. Dan pengisi suara dari setiap karakter kartunnya sendiri lumayan
cocok dengan keimutan, dan perawakan setiap karakter.
Gue
merasa film ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Karena ia bukan
hanya sekadar cerita yang divisualkan semata. Didalamnya, terkandung pesan
moral yang sangat penting bagi setiap penonton yang rela menghabiskan satu jam
setengahnya untuk menyimak kisah dramatis seorang mantan anak kecil dengan
sahabat-sahabatnya. Ah, pokoknya Heart Warming banget.
3,5 / 5 Bintang.
Komentar
Posting Komentar