Review Film The Prodigy (2019) ; #WhatswrongwithMiles
Sutradara : Nicholas Mcarthy
Penulis Naskah : Jeff Buhler
Pemeran :
Taylor Schiling Sebagai Sarah Blume
Jackson Robert Scott Sebagai Miles Blume
Peter Mooney Sebagai John Blume
Paul Peuteux Sebagai Edward Scarka
Distributor : Orion Pictures
Durasi : 90 Menit
Tentang :
Membangun keluarga sakinah Mawadah Warohmah itu tentu tidak semudah ketika menyatakan "Maukah kau menikah denganku ? "
Banyak hal yang harus dikorbankan. Dari mulai A, B, hingga Z. Itu semua juga berlaku untuk John Blume , yang dulunya adalah korban kekerasan yang dilakukan Ayahnya sendiri. Dan setelah ia menikah, John takut memiliki anak, karena khawatir akan bertindak sama seperti apa yang sang ayah lakukan padanya.
Tapi itu tidak terjadi. Sebaliknya, John merasa jadi orang paling bahagia semuka bumi usai dikaruniai anak pertama. Ia berakhir mencintai Miles, buah hatinya dengan sang istri.
Namun, ditengah kebahagian yang menyelimuti mereka. Bencana mengerikan akhirnya terjadi. Menghancurkan keharmonisan keluarga mereka. Perlahan menggerogoti kepercayaan satu sama lain.
Miles tumbuh menjadi anak terlampau jenius untuk ukuran anak kecil seusianya. Yang awalnya dirasa mengesankan, kini malah berakhir semakin aneh. Sang Ibu, Sarah Blume. Kemudian meyakini bahwa sesuatu yang gelap dan berbahaya ikut tumbuh bersama Jiwa dan Raga anaknya tercinta.
Review :
Akhirnya. Setelah beberapa kali dikecewakan oleh Horror sampah yang menipu diawal perilisan trailernya. Secara dramatis gue dipertemukan dengan film yang digadang-gadang sebagai film horror terbaik pertengahan tahun 2019 ini.
The Prodigy hadir sebagai salah satu pengisi slot paruh pertengahan tahun yang nyatanya memang patut diantisipasi.
Dalam aspek penceritaan. Film ini menghadirkan formulasi lama dengan pengemasan yang baru dan menyegarkan.
Kita sebagai penonton akan diberitahu bahwa film ini teh ngebahas sesuatu yang pernah dibahas sebelumnya. Menjadikan wawasan tentangnya bukan menjadi hal baru lagi, alias basi.
Namun...
Kita takan bisa menampik bahwa The Prodigy benar-benar memberikan apa yang kita inginkan. Scoring music menegangkan, adegan gore memilukan, teror atmosferik mengerikan, dan berbagai dialog mengejutkan sebagai satu dua penghubung cerita.
Apalagi, kemampuan akting setiap pemerannya menjadi yang paling menyedot perhatian dari sepanjang durasi film.
Gue dibuat tercekat oleh aktor cilik yang satu ini. Ya, bagaimana anak kecil bernama Scott (Tanpa Lang , lah lu pikir Antman apa) bisa menyajikan kemampuan luar biasa dibidang akting.
Scott tampil cemerlang. Sebagaimana ia tampil demikian di film IT (2017) silam. Oh God, gimana ceritanya anak segede unyil itu bisa akting sebagus ini?
Lalu, tak boleh lupa. Ada Taylor Schiling yang memberikan banyak berjasa terhadap sensasi yang penonton rasakan setiap detiknya.
Gue merasakan hal yang sama seperti ketika menonton akting aktris .... di film fenomenal A Quiet Place. Hampir seluruh emosi dalam diri berhasil terpancing hanya berkat akting castnya.
Gue ikut takut saat tokoh Sarah Blume ini ketakutan, menangis kala ia terisak menyaksikan prilaku aneh anaknya, dan gemetaran ketika ia mengangkat senjata demi mengakhiri aktivitas sang entitas jahat dalam tubuh anaknya. Bravo !
Sementara tokoh John Blume sendiri, tampil seperti pajangan saja. Walau benar bahwa karakter dirinya disini terhitung penting, namun gue merasa jika kehadirannya sangat mudah dilupakan.
Untuk sinematografi, The Prodigy berada dalam ambang batas standar. Tidak mengecewakan, namun tidak mengesankan juga. Ya, bolehlah segini mah .
Overall, meski tidak sempurna, cenderung mudah ditebak dan berpotensi dibuatkan sekuel mengingat bagaimana endingnya bikin gemes. The Prodigy membuktikan eksistensinya sebagai film yang kehadirannya patut diapresiasi dengan hangat.
3,5 / 5 Bintang.
Komentar
Posting Komentar