NETFLIX ALICE IN BORDERLAND (2020) ; KALA PSIKOPAT PUNYA OTAK JENIUS, JEPANG PUN OTW MUSNAH
Sutradara : Shinsuke Shato
Penulis Naskah : Haro aso (Manga) Yasuko Kuramitsu, Yoshiki Watabe.
Pemeran :
Kento Yamazaki Sebagai Ryeohei Arisu
Tao Tsuchiya Sebagai Yuzuha Usagi
Yuki Morinaga Sebagai Chota
Keita Machida Sebagai Karube
Dori sakurada Sebagai Niragi
Sho Aoyagi Sebagai Aguni
Distributor : NETFIX
Panjang Episode : 8
Tentang :
Bercerita tentang seorang pemuda bernama Arisu, yang suatu hari sedang tertimpa masalah di rumahnya. Ternyata, Arisu adalah beban keluarga. Meski lahir dari keluarga terhormat dan kaya raya, nyatanya arisu tidak bisa mencapai standart hidup dan sosial yang menurut orang lain layak diidam-idamkan.
Arisu dan kedua sahabatnya, Chota dan Karube. Memutuskan buat main demi menghilangkan rasa stress. Mereka bertemu di dekat stasiun Shibuya. Dan main-main ala anak berandalan khas beban keluarga. Tetapi, saat ada cahaya asing muncul di langit tokyo. Semuanya berubah menjadi petaka.
Jepang menjadi sunyi dan tanpa kehidupan sedikitpun. Hanya menyisakan Arisu, Chota, dan Karube pada saat itu. Hm, apa yang sebenarnya terjadi?
Review :
Gue adalah orang yang tidak pernah menonton produk Jepang apapun. Selain film ‘Iwanteatyourpancreas’ yang jujur saja, membosankan banget sih menurut gue mah. Dari sana, gue memutuskan untuk tidak menonton produk jepang karena memang bukan selera gue. Fantasinya kejauhan. Dan gue enggak terlalu suka fantasi.
Tetapi, lambat laun. Gue mulai membuka hati, karena seringkali kita enggak tahu apa yang kita enggak suka, tapi mungkin memang selera orang lain yang gue enggak sukai (eh gimana sih) Jadi, gue nonton serial original netflix berbahasa Jepang. Judulnya, Alice In Borderland.
Kesan pertama gue, jujur series ini lumayan oke. Dibintangi jajaran aktor paling sering muncul di layar kaca Jepang, gue merasa kalau proyek yang tayang secara global ini disiapkan untuk mereka yang sudah punya jam terbang tinggi. Sebab gue lihat, emang enggak ada aktor baru di sana. Semuanya nama populer.
Secara cerita, seperti biasa, gue kurang begitu relate sama hal-hal berbau beginian. Game dengan taruhan nyawa. Apa coba? Begituan doang kagak bakal ada di dunia nyata. (Korban slice of life pokoknya) Tetapi yang bikin gue terkesan adalah, sinematografi dan tata artistik yang memunculkan Kota besar Jepang yang menurut gue jarang terekspose secara luas. Ajaibnya lagi, series ini mampu menyuguhkan pemandangan Ibu kota jepang yang ramai dan sibuk oleh ribuan manusia penggila kerja dan tiba-tiba menjadi sunyi tanpa satu orang manusiapun kecuali pemeran utama. Hebatnya lagi, Cuma GGI ternyata. Gue kira syutingnya pas lagi PSBB.
Biasanya, sepengalaman gue. Film atau dorama jepang, itu selalu punya premis cerita yang terlalu sederhana sehingga mubazir banget dibikinin 2 jam durasi lebih. Tetapi, bagi gue. Series ini bukan tipikal yang sama dengan produk jepang yang ada. Karena garapan Netflix (mungkin) jadinya berasa lebih berbobot aja sih. Gue suka gimana penulis memasukan bagian dramatis disela-sela ketegangan permainan yang berbayar nyawa.
Setiap karakter yang muncul juga bukan sekadar tempelan buat mengikis setiap konflik yang harus dipecahkan. Tetapi, mirip-mirip serial Sweet Home (Setiap karakter) juga punya masa lalu yang kelam, dan kemudian menjadi alasan mereka bertahan hidup, atau memberikan kesempatan hidup pada yang lain. Ih, beneran deh. Gue nangis pas adegan-adegan dramatis yang tak terduga itu.
Selain itu juga serentetan permainan yang hadir di series ini juga unik-unik, mirip game versi asli. Cara mainnya bikin tegang, soalnya menyangkut nyawa beneran juga. Dan yang paling bikin merinding adalah ketika harus berantem dan ancam mengancam sama sahabat sendiri. Sedih banget bro rasanya. Game pengkhianatan, dsb.
Gue pribadi cukup suka series ini, karena menghibur dan ngasih gambaran baru kehidupan Jepang. Meskipun menjelang ending, seperti biasa selalu ada konspirasi politik para survival. Bikin enek aja dah pokoknya.
Overall, series ini menurut gue cocok buat dijadiin rekomendasi buat nemenin kegabutan kita semua.
3,5 / 5 Bintang
Komentar
Posting Komentar