Review Film GUNDALA (2019) ; Layak Tembus Hollywood !
Sutradara : Joko Anwar
Penulis Naskah : Joko Anwar Berdasarkan Komik Orisinal dari
Hasmi
Pemeran :
Abimana Aryasatya Sebagai Sancaka / Gundala
Tara Basro Sebagai Wulan
Lukman Sardi Sebagai Ridwan Bashir
Ario Bayu Sebagai Ghazul
Muzakki Ramdhan Sebagai Sancaka Muda
Bront Palarae Sebagai Pengkor
Rio Dewanto Sebagai Ayah Sancaka
Marrisa Anita Sebagai Ibu Sancaka
Distributor : Bumi
Langit Studios & Legacy Pictures
Durasi : 111 Menit
Tentang :
Sebuah
tragedi yang menimpa sang Ayah. Berimbas pada kehidupan masa depan seorang anak
bernama Sancaka. Belum cukup ditinggal Ayah, Sancaka juga harus rela dan
bersikap legowo begitu Ibunya turut meninggalkan.
Kini, hanya
ada dia seorang diri. Bertemankan rasa sepi dan moto hidup untuk tidak
merepotkan orang lain, atau terlibat dengan apapun yang bukan menjadi
urusannya.
Sancaka
geram. Dia pada akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah. Mencari pengharapan
baru atas kehidupannya yang mengenaskan. Lalu dia menjadi anak jalanan yang
hari-harinya diisi penuh oleh luka-liku kekerasan khas kota besar.
Sancaka
bertemu dengan Awang, anak remaja yang membantunya terlepas dari jerat
pengeroyokan geng preman cilik jahat tempo hari. Mereka hidup bersama, beberapa
hari. Untuk kemudian berpisah sebelum waktunya dengan Awang yang berpesan agar
Sancaka tidak mencampuri urusan orang lain. Moto hidup orang-orang dengan latar
belakang seperti mereka.
Tetapi, kala
Sancaka bertumbuh dewasa. Perlahan moto hidupnya itu memudar. Banyak hal yang
kemudian membuat pemuda itu mulai menyentuh sisi lain dari dunia yang tak
pernah dia selami. Membela rakyat, memberantas ketidakadilan, serta
menghapuskan tipu muslihat para villain yang menindas dunia mereka.
Disaat
krusial inilah sebuah anugerah berhasil didapatkan oleh Sancaka. Dibawah
guyuran hujan deras, pemuda itu tersambar petir yang selama hidupnya dia benci.
Perjuanganpun
dimulai.
Review :
Naif sekali
jika tidak pernah terbersit dalam pikiran kita untuk membandingkan Gundala
dengan pahlawan super besutan DC atau Marvel Cinematic Universe. Itu tidak
mungkin karena selama ini kita sudah terlanjur dicekoki oleh keseruan
petualangan superhero luar negeri.
Tetapi
keterlaluan apabila atas alasan tersebut, kita jadi malas menyaksikan karya
lokal dan pertama kali digarap oleh anak bangsa. Itu namanya tidak tahu diri !
Percayalah,
dimuka bumi ini pada dasarnya tidak ada yang orisinal. Semua hanya sebentuk
modifikasi ide perdana yang pernah dilahirkan lewat karya-karya sebelumnya.
Meski
terinspirasi oleh superhero luar negeri. Tak membuat Gundala menjadi sepenuhnya
berkiblat kebarat-baratan seperti mereka. Gundala ini sarat akan nuansa lokal.
Dia hadir penuh percaya diri dengan membawa sosok patriot yang membumi dan
tidak muluk-muluk.
Karakter
Sancaka sendiri adalah seorang anak jalanan yang kemudian dimasa depan bekerja
sebagai Bagian keamanan sebuah pabrik percetakan. Dia miskin, yatim piatu, tak
terlalu pintar, juga tak pernah punya relasi penting.
Yang gue suka dari film ini :
Pertama, parade
visual sinematik yang memesona dan mengundang decak kagum. Orang-orang yang
sudah menyaksikan film ini akan sepenuhnya setuju. Sentuhan seorang Joko Anwar
bekerja sama dengan Ical Tanjung nyatanya mampu melahirkan sinematografi yang
sama sekali gak malu-maluin.
Kedua,
adegan-adegan perkelahian. Mungkin ini adalah film pertama Indonesia yang menghadirkan
adegan perkelahian dan pertempuran dengan setulus hati. Tidak nampak kesan
bahwa ini di – Ready Actionkan- oleh sang Sutradara. Koreografi yang rapih,
halus, dan Indonesia banget. Paruh pertama film, adalah yang terbaik.
Pertempuran dengan ratusan massa. Atau saat layar mulai menampilkan Awang
menyelamatkan Sancaka muda.
Ketiga,
Naskah yang ditulis juga oleh Joko Anwar menimbulkan efek apa adanya. Dialog
antara tokoh ditulis sebatas percakapan biasa, tak berlebihan dan lebay, juga
terasa sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Juga narasi pamungkas baik milik
Gundala, maupun para para Villain terdengar pas.
Terakhir,
penampilan para aktor yang ikut meramaikan deretan karakter GUNDALA. Aktor
pertama yang harus diapresiasi kerja keras serta penampilan gemilangnya tentu
saja Abimana Aryasatya. Seolah ditakdirkan menjadi Gundala, penampilan
debut pertamanya ini terasa luar biasa menarik perhatian gue sebagai penonton.
Sepanjang durasi gue menaruh perhatian padanya. Meski sebagian besar porsi
kehadirannya kalah banyak oleh bagian-bagian politik yang ditampilkan. Seperti
biasa, aktor kesukaan gue ; Lukman Sardi berhasil kembali membuktikan
kedudukannya sebagai aktor senior tanah air. Sementara untuk Tara Basro
sendiri, dia ikut mengulang kepiawaian aktingnya seperti dalam Pengabdi Setan
dua tahun silam. Cecep Arif Rahman, Ario Bayu, dan Rio Dewanto menjadi
enam peringkat teratas yang menampilkan performa terbaik dalam film ini. Ah, percayalah. Semua aktor dalam film ini
berhasil menampilkan kemampuan terbaiknya. Keren !
Yang gue
kurang suka dari film ini :
Pertama, jujur
gue suka scoring musik yang menemani durasi film. Ada pertama keren. Tapi ada
adegan yang scoring musiknya bertentangan aja gitu. Gak matching. Tapi kalau
efek suara mah, jangan tanya seberapa kerennya dia.
Terakhir.
Karena ini film yang cukup implisit dari segi deskripsi tempat dan pertumbuhan
karakter. Jadi gue agak kelimpungan, bingung juga, sebenarnya Gundala ini
berlatar tahun berapa sih? Efek, suasana, setting, memberikan kesan retro khas
tahun 80-90 an. Tetapi bila menilik properti, gawai, dan kondisi teknologinya
sih ternyata film ini berlatar 2019 toh. Gak masalah sih, Cuma kadang harus
konsentrasi saja.
Terakhir
banget. Ada bagian alur yang menampilkan perkembangan karakter Pengkor yang
diceritakan sebagai seorang villain dengan masa lalu kelam ceritanya teh kan
ya, tapi cara membuktikan dia jahat teh ya terlalu detail juga sih. Sedikit
mubazir ketimbang menceritakan apa gitu yang lebih penting kan ya ? hehehe
Overall,
GUNDALA adalah karya terbaru Joko Anwar yang memiliki kualitas Hollywood.
Sungguh penantian yang tidak sia-sia.
4,5 /
Bintang.
Komentar
Posting Komentar