Film Adaptasi ; Sebuah Penghormatan atau Sekadar Aji Mumpung?
Dua tahun kebelakang.
Sineas kita ini sesekali sukses mengangkat materi untuk menjadi bahan film
mereka. Ada yang konsisten pada novel-novel penulis best seller, ada juga yang
mulai merambah dunia platform Webtoon, pun dengan mengadaptasi film luar negeri
yang sebelumnya telah lebih dulu sukses
dan meraih predikat mengesankan di hati penonton.
Bagi gue pribadi, sebenarnya itu cukup bagus memberikan
banyak peluang kepada pekerja yang karyanya memang layak untuk dipublikasikan
lebih luas dari hanya produk originalnya tersebut.
Istilah kasarnya, daripada memproduksi naskah
original yang belum tentu memberikan hasil memuaskan dan terlabeli sebagai film
bagus. Gue mending milih budaya latah ini sih, apa ya, enggak mubazir aja gitu
rasanya tuh. Saling menguntungkan.
Lantas, pertanyaannya adalah. Apakah dengan kebiasaan
mengadaptasi cerita, Industri perfilm-an kita ini menjadi sarana penghormatan
bagi karya asli atau hanya sekadar aji mumpung semata?
Boleh jadi, dua opsi tersebut terasa tepat untuk
beberapa kasus yang berbeda. Seperti dalam film produksi Miles Film yang akan
gue bahas kali ini. Mengangkat cerita berdasarkan film korea terlaris sepanjang zaman
bertajuk ; SUNNY.
Bebas juga sekiranya akan berkisah tentang sekelompok
anak sekolah, tahun delapan puluhan yang berkumpul dan menamai diri mereka sebagai
geng BEBAS.
Selama setengah perjalanan sekolah mereka, semua
anggota mendapatkan kehidupan akamedis yang berkesan dan tak bisa dilupakan.
Sampai suatu hari, sebuah insiden mengharuskan geng mereka bubar. Perpisahanpun
tak tertahankan.
Sebagai adaptasi, gue pikir Mas Riri Riza telah
menggarap Sunny versi Indonesia dengan begitu tulus hingga menghasilkan film
dengan sentuhan yang lebih baru dan bercita rasa lokal sekali.
Paruh pertama film, karakter di perkenalkan secara
bersusun. Dari yang paling penting, hingga ke yang biasa saja dalam kelompok
tersebut. Hampir sama lah seperti film aslinya.
Namun, keputusan mengganti seorang karakter menjadi
karakter cowok pada versi yang Indonesianya ini menurut gue cukup memberikan
sensasi baru sih. Jojo yang tidak lain memang agak sedikit kemayu, bikin
perjalanan geng bebas terasa lebih relate dan menyenangkan.
Apalagi versi dewasa Jojo ( Baim Wong) juga tidak menghancurkan
ekspektasi Jojo masa muda ( Baskara Mahendra). Keduanya tampil stabil dan
saling mengimbangi.
Untuk urusan aktris, mari kita fokuskan pada geng
Bebas pada masa mudanya saja. Sebab, mereka yang versi dewasa tentu sudah tak
diragukan lagi kemampuan beraktingnya.
Di garda depan, ada Sheryl yang gue pikir terlalu
agak berkemasan modern untuk ukuran anak tahun 90-an, itu karena mungkin gue
selama ini sering melihat dia bertingkah dan berbicara seperti anak Jaksel, Wicis,
literaly, yeah !
Yang paling stabil dan menghidupkan nuansa retro,
tentu saja hanya Maizura dengan aksen sunda yang meski agak canggung , tapi
masih bisa masuk kedalam inti line cerita. Salut sih.
Tapi film ini punya beberapa adegan yang diambil
secara maksimal, cantik, dan manis. Namun ada juga sih yang terasa saja atau
bahkan terkesan terburu-buru dan loncat dari plot satu ke yang lain secara
acak.
Tapi secara keseluruhan, BEBAS menurut gue menjadi
adaptasi film luar negeri terbaik sih. Sama sekali enggak ada kesan Aji
mumpung. Semua digarap seperti seharusnya. Gue yakin sineas Korea juga gakan
merasa menyesal telah bekerja sama dengan kita.
4,5 / 5 Bintang
Setuju sekali
BalasHapusFeel film bebas terasa lokalnya walau pada beberapa part ngerasa "Masa sih" tpi ya wes lah filmnya adem diliat
Perihal adopsi dan kerjasama film gini bukan kali pertama, apalagi utk film korea
dulu ada sweet 20 dan yg akan dtg miracle in cell no. 7
Kedua film ini mmg udh di banyak di adopsi dinegara lain kyk Thailand dan Filipina dgn ciri khas negara masing2
Semoga kedepannya film kita yg di adopsi negara lain