Surat Untuk Rina Riani.

 

Dear...

Ketika maneh membaca surat ini, aku tahu pasti dirimu membacanya sembari tertawa. Wkwkwk nanaonan urang nyieun nu kieu patut. But, yeah. Setidaknya urang pengin mengungkapkan semuanya sebelum kita terpisahkan oleh pekerjaan dan rumah tangga. 

Ketika pertamakali menjejakan kaki di kampus. Rina adalah orang pertama yang berinteraksi denganku. Kusadari hal itu lama setelah kita mulai mengenal satu sama lain. 

“Oh, ternyata yang waktu daftar wamil, kutanyai perempuan jangkung itu adalah anak ini” Begitu, kataku dalam hati. Lalu, kita semakin dekat seiring berjalannya semester. Seolah banyak kecocokan diantara kita berlima, terkhusus aku denganmu. 

Perasaan nyaman dan apa adanya hadir ketika diriku bergaul dengan kalian. Lalu rasa menjadi manusia normal hadir katika kusadari ada yang benar-benar memahamiku apa adanya. Ribetnya aku, rungsingnya juga, serta keuangan, tentu saja. 

Maafin aku kalau selama ini punya salah dan pernah membuatmu kecewa, atau kesal. Maafin juga gakpernah membantu apapun disaat kamu butuh. Dan, terimakasih banyak atas kehadiranmu yang membawa tawa. 

Aku berharap pertemanan ini akan langgeng, aku berharap kita bisa berteman sampai nenek-nenek nanti. You Know lah gimana susahnya nyari temen yang satu frekuensi. Apalagi yang selalu negur kalau salah, juga menginspirasi dalam aspek agama. 

Ini postingan hati aku yang entah ke-episode berapa. Tentang maneh dan semoga enggak menimbulkan tanda tanya mendalam. Tentang, naha urang nyieun postingan ieu? Apakah urang akan mati? Atau, pergi? Atau kenapa? 

Jawabannya, urang hanya semalaman merenungi betapa indah saat-saat kebersamaan kita pas kuliah, dan kemarin, ngerasa seneng banget punya temen yang mau main jauh-jauh ke rumah. Ya meskipun memang udah kewajiban urang oge, Cuma, ya dengan daeknya maneh ka imah urang setidaknya urang terharu. Soalnya jauh coy. Hahahaha tengkyu atas semua kebaikan. 

Semoga ibadah maneh secepatnya segera dilancarkan, berkah. Aamin Sehat wal’afiat. Fotoin ya ka’bah. Pengin lihat.