Mengomentari Video Hyung Jafar Tentang Agama Itu Obat atau Sebab Depresi?
Ku kira Kau Rumah dewasa ini ramai dibahas dalam platform tiktok, katanya sebagai salah satu film yang bertema mental illness. Tentang seorang gadis dengan gangguan bipolar, dan harus bertahan hidup ditengah tekanan sosial yang dialaminya.
Orang banyak
membicarakan ini, berdasarkan pengalaman para penyintas yang juga mengalami hal
serupa dengan karakter utama. Sesuatu yang menyiksa mereka dalam kehidupan
sehari-hari tetapi tak bisa dicegah atau disembuhkan sepenuhnya.
Lalu,
benarkah banyak orang yang mengalami hal
tersebut hingga membuat tim marketing dan
produksi tak perlu bersusah payah untuk melakukan promosi berlebihan?
Aku bukan
orang mental illness, tapi sedikit punya gangguan kesulitan berosialisasi. Aku
punya kebiasaan cemas dan grogi yang sangat berlebihan. Itu cukup menganggu,
karena seringkali menggagalkan proses kuliah. Akar masalahnya adalah minder,
aku selalu merasa bahwa orang-orang sedang mengasihaniku. Memberikan apresiasi
secara paksa. Dan, ya begitulah.
Lantas karena tak ingin tersesat dengan
pemikiran sendiri, akupun langsung mencari sumber valid tentag fenomena ini.
Dari segi
psikologis, kucari tokoh publik yang bisa kupercaya untuk membahas hal ini. Ah,
gampang tak perlu bayar. Kita bisa mencari semuanya hanya lewat ketikan jari
dan modal kuata internet.
Menurut
psikiater dan psikolog, ya benar bahwa belakangan ini banyak orang yang mulai
menyadari tentang pentingnya kesehatan mental. Sehingga mereka juga mulai
mendiagnosa tentang penyakitnya masing-masing.
Pertanyaan
yang awalnya hanya berkecamuk dalam pikrian, kini satu persatu sudah mulai
tejawab. Oh, ternyata mereka sakit ini, anu, itu.
Nah, dalam
sudut pandang medis. Aku sudah memahami banyak hal. Bahwa tak semua gangguan
dalam diri seseorang itu, bisa dikategorikan sebagai penyakit mental serius.
Ada beberapa orang yang mengalami hal umum selayaknya manusia akan mengalami
hal tersebut.
Oke, kini
kita masuk ke bagian spiritual atau dalam sudut pandang agama. Alu mencari
banyak referensi untuk urusan ini. Sebab tak ingin bersikap bias hanya karena,
diriku merasa cocok dengan satu ustadz atau ulama saja.
Tetapi gak
tahu kenapa aku selalu merasa cocok dengan apa yang disampaikan oleh Hyung
Jafar, meskipun belakangan beliau sering disangka syiah oleh sebagian orang.
Nah, dalam
satu video terbaru channel youtubenya. Beliau akhirnya membahas satu point
penting dalam kehidupan. Yakni Depresi dan agama. Mana yang paling kental
mendominasi?
Video yang
dirilis dua minggu sejak tulisan ini dimuat, memiliki tumbnail “DEPRESI KARENA
AGAMA?” dan judul resmi “Agama itu obat atau penyebab depresi?
Sebagai
intro narasi, Hyung menjelaskan kondisi mental penduduk bumi yang rata-rata
memang mengalami banyak gangguan mental. Patokannya beliau gunakan berdasarkan
penelitian para ahli. Iya, artinya. Meski bersifat agamis, tetapi konten ini
masih memasukan unsur medis kedalamnya.
Merapat pada
pembahasan ini, Hyung menjelaskan peranan penting agama (keyakinan) terhadap
hidup seorang manusia. Menurutnya, agama bisa menjadi penyelamat hati, untuk
orang yang kehilangan arah, selama dirinya yakin masih punya Tuhan, maka dia
akan selamat.
Namun disisi
lain, agama juga bisa menimbulkan perkara lain bagi penganutnya. Masih menurut
Hyung, ada beberapa orang yang justru bakal merasa bersalah atas nama Agama
yang dirinya anut. Misal, membuat dosa sekali, ketika ingin bertobat, dia malah
merasa malu dan tertekan untuk kembali.
Aku sendiri
setuju sama dua perspektif tersebut. Pertama, tanpa Allah semua hal yang
manusia lakukan, boleh jadi bakal lancar-lancar saja. Namun apakah benar
semuanya akan berakhir dengan keberkahan? Seperti hidupku yang tidak berkah dan
berguna.
Tetapi aku
juga setuju pada perspektif agama bisa menjadi sebab depresi. Pertama, alasan
persetujuanku ini sangat berdasar. Mungkin atas dasar iman yang lemah. Aku
merasa relate dengan pernyataan tersebut.
Agama bagiku
tentu saja untuk pelindung dan pegangan hidup. Tetapi disisi lain, tak peduli
seberapa aku tak mengabaikan ajaran dan syariat, aku justru selalu merasa bahwa
cobaan yang menimpa, malah makin sering dan gencar kudapati Aneh, bukan sulap bukan sihir. KENAPA BISA
BEGITU YA?
Lalu jika merujuk pada pengalaman
orang yang baru masuk islam (Mualaf) mereka biasanya mengaku, bahwa ketenangan
hadir setelah mereka mendapat hidayah dan dapat ajaran agama baru. Disisi lain,
yang sudah beriman sejak kecilpun, tak luput tetap terkena depresi dan gangguan
bipolar itu sendiri. Mereka tak tahu menahu perkara mengapa hal tersebut bisa
terjadi kepada mereka.
Padahal sudah jelas, bahwa mereka sekali lagi,
beriman. Tapi setiap kali serangan panik dan depresi itu kambuh. Itu menjadi
pertanyaan besar untuk mereka. Barangkali, kurang berdoa bukan alasan. Setiap orang
ingin sehat, baik secara fisik maupun rohani. Tetapi pada kenyataannya banyak
juga yang tersesat dan larut dalam rasa takutnya sendiri. Menari diatas
pembenaran yan dirinya ciptakan sebagai tameng.
Komentar
Posting Komentar