INGIN RASANYA MENYADAP PANGGILAN TELPON PENGHUBUNG ANTARA DUA MASA DALAM FILM CALL (2020)
Sutradara :
Lee Chung Hyun
Penulis Naskah :
Lee Chung Hyun
Pemeran :
Park Shin Hye Sebagai Soo Yeon
Jun Jong Seo Sebagai Young Sook
Kim Sung Ryeong Sebagai
Seo Yeon’s Mom
Oh Jung Se Sebagai Park Sung Ho
Lee Dong Hwi Sebagai Baek Min Hyun
Distributor :
NEXT ENTERTAIMENT
WORLD
Durasi :
114 MENIT
Tentang :
Dua orang perempuan hidup di rumah
yang sama, namun pada masa yang berbeda (Berjarak 20 tahun) Keduanya lalu dapat
berkomunikasi lewat panggilan telepon. Mereka bertukar informasi dan berusaha
merubah takdir masing-masing.
Tetapi, hal
tak terduga kemudian terjadi dan benar-benar merubah takdir keduanya menjadi
sangat rumit.
Review :
Ø
Kebolongan Yang
Seharusnya Ditambal dengan Rapi
Kalau dijabarkan secara ilmiah, tentu
formulasi film fiktif semacam ini tidak akan pernah bisa terselesaikan meski
melakukan penelitian berpuluh tahun sekalipun. Tapi, ya namanya juga
supranatural fantasi, kita harus meng-iyakan saja segala hal yang menjadi
bagian dari film. Mau itu, pertanyaan seputar mengapa ada telpon tua masih bisa
dipakai bahkan setelah dua puluh tahun berlalu? Kok bisa ada orang langsung
nginep di rumah yang udah kosong belasan tahun? Dan rumahnya langsung bersih?
(Sebagai orang yang pernah pindah ke rumah kosong, gue merasa resah pada bagian
ini) Dan pertanyaan sederhana lainnya.
Rumus time
travel tentu sudah tidak asing di kancah film manapun. Baik series, drama
korea, atau film. Sudah banyak yang mengadopsi kisah hubungan dua orang dari
dua masa yang berbeda. Korea selatan sendiri, sudah sering mengangkat tema
tersebut. Tapi tidak sampai pada halusinasi ekstream seperti penambahan efek
(masa) pecah yang berarti waktu telah berubah seiring dengan perubahan yang
terjadi di masa lalu. Oh, apa jangan-jangan itulah nilai plus time travel dalam
film ini, ya?
Menurut gue
pribadi sih, hal yang bikin film ini terasa agak canggung adalah penampilan
setting yang tidak jauh berbeda antara dua masa. Setting rumah yang berada di
pedesaan, sangat memungkinkan latar kedua waktu yang berbeda jadi terlihat sama
saja. Karena tidak ada perubahan signifikan kalau menyangkut pedesaan bahkan
setelah dua puluh tahun berlalu. Perbedaan tersebut lantas hanya dihadirkan
lewat efek pencahayaan kamera. Dimasa lalu agak dibuat retro, dan dimasa depan
gambar jadi nampak lebih cerah dan menyegarkan.
Film dibuka
dengan cukup menjanjikan. Tanpa aba-aba, penonton langsung disuguhkan
ketegangan tanpa visual yakni ketika panggilan telpon pertama terjadi. So Yeon
mendengar suara teriakan, yang mengatasnamakan orang asing dimasa lalu dan
mengaku sedang dalam bahaya. Meski sama bingungnya dengan pemeran utama.
Syukurlah, rentetan kejadian dengan dua timeline berbeda ini selalu berjalanan
beriringan sehingga penonton tidak harus bingung perkara sedang di waktu yang
mana adegan tersebut berlangsung. Jadinya tidak terlalu mempersulit nalar
penonton yang agak kurang paham time travel macam gue.
Ø
Park Shin Hye Bukan
Pemeran Utama
Sepanjang durasi. Entah mengapa gue
merasa kalau keberadaan So Yeon dalam film ini terasa begitu pasif. Gue merasa
kalau peran Shin Hye disini hanya sebagai perantara cerita saja (Maksudnya,
memang semua karakter bertujuan untuk menyampaikan pesan dan jalan cerita.
Tetapi kehadiran So Yeon disini Cuma seolah ngasih tau aja apa yang terjadi di
masa depan setelah semua hal yang dilakukan Young seok dimasa lalu. Lewat
transisi dan waktu yang pecah itu)
Lalu entah kenapa mungkin karena
psikopat, Young Seok juga jadi seringkali ditampilkan sangat kuat dan brutal.
Tak peduli lawannya cowok dewasa atau siapapun. Dia akan selalu menang. Dan
itulah yang bikin ngeri. Kok bisa, padahal tubuh dia ramping banget. Dulu,
digeplak dikit sama Ibunya aja langsung ambyar. Wah, parah tuh Iblis yang masuk
emang kuat banget keknya. Hal ini menjadikan Jung Jeon Seo sang aktris baru
yang pernah viral dimasa debutnya karena dikenal judes sama kamera itu pada
akhirnya mengganti sorot kamera dimasa sekarang. Sorotan di film ini seolah
hanya untuknya seorang.
Ø Kenapa harus Ending Yang Multitafsir?
Gue tipikal penonton yang butuh
kepastian. Kalau sebuah kisah berakhir, ya berakhirlah dengan happy ending,
atau boleh sad ending. Asal jangan menjadi ending yang multitafsir dan kemudian
melahirkan konspirasi tersendiri dikalangan penonton. Hehe
Tapi
memang tidak dipungkiri juga bahwa ending semacam ini memberikan sensasi
menyenangkan pula ketika menonton. Hah? Menyanangkan pantatmu !
Terlepas
dari segala hal yang membuat film ini jadi terasa kurang. Sebenarnya call
adalah thller kriminal supranatural yang ampuh menjadi tontonan menegangkan
setelah kita hanya mendapatkan sensasi ini hanya dari film aksi t\korea dua
bulan kebelakang.
3,
5 / 5 Bintang
Komentar
Posting Komentar