JANGAN NGAKU ANAK BROKEN HOME KALAU BELUM NONTON FILM HILLBILLY ELEGY (2020)
Sutradara : Ron Howard
Penulis Naskah : Vannessa Taylor
Pemeran :
Amy Adams Sebagai
Distributor : NETFLIX
Durasi : 114 Menit
Tentang :
Dalam sebuah film drama, biasanya seorang Ibu selalu ditampilkan sebagai malaikat tanpa sayap yang mencintai anak-anaknya lebih dari rasa cinta ia kepada dirinya sendiri.
Tetapi Ibu yang satu ini nampak beda, disisi lain dirinya begitu sayang sama anak-anaknya, namun dilain waktu dapat berubah menjadi boomerang, malah bisa jadi ancaman paling berbahaya. Dan hal ini sayangnya harus terjadi sepanjang pertumbuhan anak-anaknya.
Review :
Untuk pertama kalinya dalam kiprah menonton gue. Film ini adalah yang teraneh. Distrubing dalam arti yang sebenarnya. Sepanjang durasi, jujur gue enggak nyaman karena memang harus selalu nontonin adegan berantem-berantem dan berantem. Itupun adegan yang gue pikir sangat jor-joran dan kasar. Siapa yang akan betah nonton film model begini?
Tetapi karena kepalang tanggung, gue memutuskan untuk bertahan hingga mendapatkan bagian dimana film ini terasa sangat hangat, haru, dan relate dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai remaja yang juga menghadapi masalah serupa. Yakni bersangkutan dengan Orang tua dan keluarga. Tentu gue paham bagaimana perasaan karakter utama (JD) yang di usia remajanya, harus mulai mengakui bahwa sosok Ibu yang seharusnya terlihat baik dan sempurna di matanya, justru tampil dalam wujud yang bertolak belakang. Sampai suatu hari, JD merasa muak dengan sikap Ibunya sendiri. Lantas baru ketika mulai dewasa, sang Kakak perempuan, akhirnya membeberkan alasan mengapa selama ini dirinya selalu bertahan bahkan disaat Ibu mereka melakukan hal paling menyakiti perasaan kakak perempuannnya? Dan, nampaknya ada alasan dibalik ‘kerusakan’ Ibu mereka. Kehancuran yang berakar dari Ibu-nya Ibu mereka ( Neneknya) Sebuah ironi yang tanpa sengaja malah Nenek wariskan kepada Ibu mereka.
Pada bagian itu, kerasa mind blowing banget sih. Gue jadi paham satu hal, bahwa bila orang tua salah mendidik anak hanya sekali waktu, misalnya. Artinya sama saja dengan melakukan kesalahan seumur hidup. Karena bisa jadi, kesalahan – yang sekali waktu itu- justru akan terbawa sebagai sebuah kepedihan traumatis bagi anak-anak yang akan membekas selamanya.
Secara garis besar, film ini punya premis yang sederhana banget. Yakni tentang seorang remaja cowok yang harus bertahan dan diambang pada keputusan tentang masa depannya ditengah kondisi suram keluarga. Tetapi gatau kenapa, rasanya begitu estetik, feel nostalgianya dapet. Dimulai dengan adegan pulang kampung sekeluarga besar ke kampung halaman, yang siapapun tentu saja bakal relate dengan adegan tersebut. Siapa di sini yang gak pernah pulang kampung dan bertandang ke rumah sodara di pedesaan?
Ploting dengan teknik maju mundur juga gue rasa merupakan pilihan yang tepat. Karena kalau semisal, masa-masa remaja ditampilkan terlebih dahulu. Atau masa dewasa sepanjang durasi dan hanya diselipi potongan kisah masa lalu secara singkat, itu juga gue pikir bakal membuat film ini kurang dramatis.
Performa para aktor adalah kekuatan utama film ini. Akting mereka mampu menggiring penonton pada momentum krusial yang emang beneran deh, emosional banget rasanya.
Overall, meskipun gue pribadi masih enggak ngerti dimana letak ‘Orang udik-nya’ dimana merasa sangat terhibur oleh drama keluarga yang satu ini. Salah satu film NETFLIX yang tayang tanpa permisi. Tetapi berhasil merenggut perhatian.
4, 5 / 5 Bintang.
Setiap mau nonton,wajib datang ke blog ini untuk baca review <3
BalasHapus