I PROMISE YOU TO MOON (2021) ; SEKUEL YANG EPIC MESKI TAK DIHARAPKAN
Sutradara : Meen Tossaphon Riantong
Penulis Naskah : Ha, Vasudhorn Piyaromna, Kate Karakade Norasethaporn
Pemeran :
Billkin Putthipong Assaratanakul Sebagai Teh Tunn
Pp Krit Amnuaydechkorn Sebagai Oh Aew
Oab Oabnithi Wiwattanawarang Sebagai Phi Jai
Goy Arachaporn Pokinpakorn Sebagai Phi Kim
Na Naphat Vikairungroj Sebagai Phi Top
Distributor : Nadao Bangkok, Line TV
Jumlah Episode : 5
Tentang :
Kisah hidup remaja bernama Teh Tunn akan kembali mengisi kekosongan di akhir pekan. Teh, kembali dengan struggle hidup yang lebih dilematis dari apa yang dirinya bayangkan selama ini. Tentang bagaimana meraih mimpi-mimpi, tentang mempertahankan hubungannya dengan Oh Aew.
Pergolakan bathin itu mulai dirasakan saat Teh dan Oh Aew menyadari bahwa setidaknya menjadi mahasiswa di universitas ternama bangkok, sangatlah sulit. Kemudian berlanjut pada bagian dimana Oh mulai merasa insecure, entah mungkin dirinya nggak punya teman, atau paling parah mengenai, mungkin saja selama ini ia salah passion, Oh lebih suka berada di kelas periklanan daripada Seni Komunikasi. Dan itu jelas membuat Teh kecewa. Sejak itu hubungan keduanya mulai renggang. Teh kehilangan arah, ia selalu punya pembenaran atas apa yang tengah dirinya rasakan.
Bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Jika Teh harus memilih antara Cita dan Cinta, manakah yang akan ia genggam kuat?
Review :
Hal pertama yang pengin gue soroti adalah, disini gue sama sekali enggak bermaksud kampanye atau istilahnya secara sengaja merekomendasikan series boys love. Itu tergantung pada kalian, dan ketika gue ngespill banyak series tentang perjalanan cinta antara cowok dan cowok, itu jelas bakal jadi tanggung jawab gue. Masalah gue dengan Tuhan.
Terimakasih jika kalian dalam hati selalu mendoakan gue untuk segera berhenti nonton. Tapi, please. Ketahuilah, bahwa gue juga masih waras. Punya batasan terhadap apa itu menghargai seni. Apa itu rasa suka. Apa itu apresiasi. Gue kadang suka agak kesel kalau ada orang yang merendahkan selera tontonan orang lain, maksudnya kayak, kan itu selera masing-masing ya.
Bukan berarti gue nonton BL, gue jadi suka sama hal-hal menyimpang di kehidupan nyata. Gue masih normal sist, sama sekali enggak pernah menormalisasi tindakan LGBT. Tetapi, perlu ditekankan bahwa ketika gue bertemu dengan konten serupa itu, gue bakal langsung ngeskip, gak pernah komentar menghujat atau mendukung. Yaudah gitu, udah weh nonton seriesnya doang. Gue juga tidak pernah sharing, lagu bertema tersebut di platform media sosial. Bahkan, ketika gue selesai menonton series BL. Gue gak pernah sharing link reviewnya. Kecuali, untuk dua judul ini, sepertinya bakalan susah sih. Soalnya, gimana ya. Yampun bagus banget. Maka buat yang nggak suka, segera skip konten ini.
Gue selalu yakin, bahwa di dunia ini segala bentuk seni rupa. Layak diapresiasi. Entah itu tulisan, lukisan, desain, visual, audio, lagu, musik, film, series, atau APAPUN. Selama masih berada dalam norma yang wajar, gue pasti mengapresiasinya.
Gue akui bahwa series ini tidak memenuhi norma yang berlaku di Indonesia. Tapi, gue mengagumi teknik sinematografi dan penulisan naskahnya. Hanya itu. Sudah, itu juga karya kan? Untuk season ini kayaknya gue enggak bakal terlalu banyak bahas. Skuy~~~
Konflik terasa relate dengan karakter Teh Tunn
Minggu ke tiga, heboh banget perkara Teh yang kebablasan baper sama Phi Jai.
Menurut gue itu wajar sih, yakan bayangin saja gitu. Elu masih remaja, baru masuk kuliah terus pikiran lu penuh akan mimpi-mimpi yang masih segar. Nahkan, pas ketemu sama orang yang dapat memenuhi ekspektasi, maka hal yang bakal terjadi selanjutnya adalah kebaperan. Perasaan nyaman, dan ngerasa satu frekuensi. Ngobrolin banyak hal juga tetap nyambung. Cuma yang menjadi masalah adalah, Teh menikmati ciuman Phi Jai. Tapi dari cara Teh memandang sosok ini itu, kayak keliatan aja begitu, dia bapernya karena lagi ngerasa respect sama Phi Jai.
Klimaks Yang Agak Canggung
Jujurly, sebenernya kalau harus membandingkan antara season satu dan dua. Cita rasanya pasti beda ya, tetapi pasti gue tetap memilih season satu sih. Karena pada saat itu gue beneran dipermainkan secara emosional.
Gue pribadi juga suka gimana cara series ini ngasih sentuhan yang sama, ketika pertama kali mereka unggul saat ngespill keindahan Phuket, kini giliran Bangkok yang jadi sasaran. Bahkan lorong kampus, Kosan, taman, dan rumah teman Oh saja bisa dibikin beda daripada series serupa yang pernah gue tonton. Huhuhu Kalau sekarang lebih pada struggle hubungan saja sih. Dan itupun terkesan alami, masuk akal, karena kan mereka masuknya masih remaja. Proses pendewasaan. Tapi yang cukup gue sayangkan, mungkin jalan keluar dari segala konflik utama series ini hanyalah waktu. Jadinya agak kurang srek aja di hati, tidak ada penjelasan lebih terhadap beberapa karakter yang memang dibiarkan berakhir begitu saja.
But, overall. Seperti biasa Nadao Bangkok berhasil memberikan kualitas terbaiknya dalam berkarya. Baik seriesnya sendiri, maupun original soundtrack yang rilis tak lama setelah episodenya tayang. Aaaaa sumpah keren banget. Bangga banget sama perjuangan semua aktor dan kru yang udah berusaha keras semaksimal mungkin.
“Intinya, selamat tinggal kesayanganku. Terimakasih sudah mengisi weekendku selama satu bulan terakhir. Aku akan sangat merindukan kalian.”
8 / 10
Komentar
Posting Komentar