Secarik Surat

 





23.00 

 

Gue baru saja bangun, setelah kecemasan mendadak datang dan menyerang perasaan. Tengah malam begini suasana selalu menjadi hening, pikiran buruk kembali menyerang, melumpuhkan tabungan istigfarku sejak pagi hari. Rasanya ingin berkata kasar, gue ungkapin kekesalan pada diri sendiri. Tapi yang terjadi selanjutnya, ketika semakin gue resapi, itu malah makin menyakitkan. Gue seperti sedang mengoyak daging di tubuh sedikit demi sedikit.  

Setiap malam, gue selalu mencari cara untuk mengalihkan keresahan ini. Salah satunya dengan selalu menyebut nama-nama Allah yang agung. Terkadang langsung berhasil, menenangkan, meyakinkan, meneduhkan. Tetapi jika tidak berhasil, mau tidak mau, gue hanya mencari jalan pintas, lewat hal yang tidak berguna. Atau bahkan cukup ekstrim.  

Tiktok adalah salah satu jawaban gue. Konten depresi menjadi pilihan. Gue akan mencari konten paling buruk yang pernah ada. Orangnya, penyakitnya, penyebabnya, dan betapa sulitnya orang tersebut berusaha menyebuhkan diri. Seriously, itu berhasil. Gue tiba-tiba menjadi tenang, aman, dan terberkahi. Lihatlah, ada orang yang hidupnya lebih sulit. Lebih kompleks. Gue tahu ini enggak bener, tapi balik lagi pada prinsip membandingkan kehidupan. Ketika ada orang yang kondisinya dibawah kita, lebih terpuruk, lebih stress, lebih kekurangan, gak tahu kenapa malah bikin kita ngerasa makin bersyukur.  Iya gak sih? 

Berawal dari sana, mendadak sekali gue punya ide untuk menuliskan surat ini. Khusus dikirim untuk diri sendiri. Dan gue harap, ketika kecemasan itu datang lagi, surat ini bisa menjadi penyemangat yang ampuh. Lagi pula bener apa kata hati nurani ini, stress terlalu mewah untuk kehidupan gue ini, sama sekali enggak cocok melekat dalam keseharian, bahkan hanya untuk sekadar istilah pun rasanya tetap nggak cocok. Kata lain dari kondisi gue saat ini adalah ‘Kurang bersyukur” hahaha 

 

Hi, sukma.  

Aku berharap kamu selalu sehat. Jiwa dan pikiranmu lurus, bersih serta sempurna. Sukma, aku ngerasa bahwa semakin hari, tekanan dalam hidupmu makin berat ya? Hm, tak apa. Jangan takut. Aku melihatmu dipojok kamar, kamu yang setiap malam resah dan gundah gulana. Menangis dalam kesendirian, merasakan sesaknya menjadi dirimu yang sekarang. Kamu yang setiap malam selalu berpikir untuk tak bertemu hari esok. Kamu yang setiap malam berharap tidur panjang, bertemu lagi dengan kemudahan yang ternyata hanya khayalan. Bagiku, itu normal. Semua orang melakukan hal yang sama.  

Sukma, berhenti menyesali apa yang sudah terjadi. Tentang masa lalumu. Ya, katakanlah itu hanya sebuah kecerobohan. Kamu yang begitu bodoh mencerna berbagai mata pelajaran, malas, dan tak disiplin mengantarkan pada tiga kali kegagalan. Rasa putus asa yang hebat, penderitaan, rasa sakit yang waktu itu wajar sekali membuatmu ingin mengakhiri hidup. Sukma, saat itu kamu baru lulus sekolah. Pemikiran remaja yang rentan berorientasi pada keburukan dan kesesatan.  

Sukma, tak mengapa sepupumu sudah lulus. Kamu juga bukannya malas kan? Kamu hanya bodoh, miskin ilmu untuk penelitian, sungkan sekali mengganggu dosen pembimbing hanya untuk bertanya tentang suatu teori. Tak mengapa, tangismu setiap malam akan menjadi ibadah kedepannya. Semoga Allah senantiasa mengganti kecemasanmu tentang hari esok beserta mimpi-mimpinya.  

Sukma, tak mengapa. Kamu tak harus punya teman untuk foto bareng wisuda. Kan nanti mau beli stand poster Phi Tay sama Phi Nyuwi buat nemenin. Santai saja, kamu harus mencintai dirimu sendiri. Menghargai segala usaha dan perjuanganmu itu, bukan?  

Sukma, percayalah bahwa setiap orang itu sudah Allah bekali dengan sejuta berkah bersamanya. Rizki yang mengalir, atau tersendat, itu sama-sama anugerah yang Allah berikan. Mari berdoa dan berjuang untuk membayar sisa keuangan semestermu. Mari berjuang untuk membayar semua tunggakan dari masa lalu pendidikanmu. Semoga Allah melancarkan segala usahamu dan orang tua, serta keluarga.  

Sukma, mari berhenti berleha-leha. Berjuanglah.  



Dari sukma, untuk sukma. ❤


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film METAMORPHOSIS (2019) ; Tipu Muslihat Lelembut Khas Korea

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil