MAD FOR EACH OTHER (2021) ; COUPLE MENTAL ILLNES, IDEAL ATAU KACAU?






Sutradara :  Lee Tae Gon 
Penulis Naskah : Lee Tae Gon
Pemeran :

Oh Yeon Seo Sebagai Lee Min Kyung 
Jung Woo Sebagai Noh Hwi Oh 
Su Hyun Sebagai Lee Su Hyun 
Ahn Woo Yeon Sebagai  Lee Sang Yeob

Distributor : KAKAOTV 
Jumlah Episode : 13 (30 Menit) 


Tentang : 
No Hwi Oh bekerja sebagai detektif senior, suatu hari ia mendapatkan kasus narkoba yang selama ini menjadi tanggung jawabnya. Sebuah kekeliruan terjadi, hari itu insiden yang membuatnya terluka sekaligus dipecat, terjadi begitu saja, ia dijebak dengan berbagai cara. Setelahnya, Hwi Oh mengalami penyakit mental yang membuat dirinya tak bisa mengendalikan emosinya, satu menit yang lalu marah besar, lalu tak lama setelahnya menangis bak anak kecil kehilangan genggaman sang Ibu. 


Disisi lain, Lee Min Kyung juga merupakan pasien rawat jalan psikiater. Penyakit mentalnya bersangkutan dengan halusinasi, paranoid, dan serangan panik. Min Kyung adalah korban kekerasan dalam hubungan. Berkat itu, ia selalu melarikan diri dari pengalaman traumatis. Menjadi gadis aneh yang tidak pernah bersosial. 


Keduanya lantas bertemu, saling melengkapi satu sama lain. Dengan kekurangan masing-masing, mampukah mereka menjalani hubungan yang ideal? Atau lebih baik mengakhiri segalanya sebelum semakin kacau? 

Review : 
Beberapa bulan terakhir, gue mengalami sebuah kondisi dimana gejalanya merujuk pada stress ringan. Katanya, jika seseorang telah kehilangan minat terhadap sesuatu yang selama ini disukai. Boleh jadi itu merupakan pertanda sedang tertekan. Gue saat itu tidak tertarik dengan film, buku, Running Man, menulis, series, drakor, atau apapun. Padahal, selama ini benteng pertahanan gue ada di sana. Sedemikian rupa gue berusaha untuk memanipulasi keadaan, yang tadinya tidak baik-baik saja, setidaknya jadi terlihat normal. 

Lalu, semua kesenangan itu perlahan timbul ke permukaan. Getaran penuh warna kembali lagi dapat gue rasain. Lantas saat mood menonton kembali, gue langsung nyari drakor mana yang sekiranya tidak akan membuang waktu gue. Enggak bikin mikir, nggak bikir berteori, dan hanya menghibur. Mad For Each Other menjadi kandidat utama. Gue baca premisnya dengan saksama, trailernya juga oke, jajaran castnya gue kenali. Hmmm, tunggu apa lagi?! 

Yang paling pengin gue soroti dari drakor ini adalah jumlah episodenya. Gue ngerasa seneng banget, saat berhadapan dengan drakor yang punya jumlah episode sedikit. Selain tidak bertele-tele, mereka juga biasanya menjadikan hal tersebut sebagai solusi atas rasa jemu para penonton. Karena biasanya, katakanlah jumlah episodenya enam belas. Maka pada episode ke-delapan, rasa jemu dan jenuh itu sudah datang. Tetapi untuk miniseries, ibaratnya, episode sepuluh itu sama dengan baru menginjak paruh kedua cerita. Jadi masih seger buat disimak. 
Kedua, gue suka banget sama gimana caranya penulis ngasih tahu kalau penyakit mental yang dialami kedua karakter itu nyata ada di dunia ini. Dengan tidak menggunakan dialog dari dokter ke pasien, dengan tidak menggunakan istilah medis berlebihan seperti beberapa drakor yang fokus terhadap isu ini. Mad For Each Other memilih untuk memaparkannya lewat karakter. 
Kita jadi tahu bahwa seseorang yang punya kelabilan emosi, enggak bisa mengontrol emosinya dengan baik, ternyata ia selalu berkutat dengan diri sendiri. Ia senantiasa ngerasa sial, nggak adil, dan hasrat marah-marahnya nggak kenal tempat. Perjuangan dia ngelawan itu dipertontonkan bukan lewat narasi, tetapi memang pada dialog, dan bahasa tubuh sang karakter. Dan untuk karakter Min kyung, jujur gue iba sama orang dengan pasca trauma modelan dia begini. Kasihan banget gaksi? Hidup dalam kecemasan dan paranoid yang parah? Sebenernya banyak orang yang ngalamin ini, Cuma itu tadi, stigma masyarakat bahwa pengidap mental illness itu gila. Padahal secara kasat mata, mereka waras kok. Maksudnya masih bisa bedain mana yang baik dan benar. Norma sosialnya juga bagus. Cuma pola mereka menanggapi sebuah guncangan tuh, beda dari orang lain, mereka kadang lebih milih lari, atau ngumpet. Gak bisa lawan ketakutan dalam diri sendiri. 
Puncak masalahnya, ada pada kesadaran diri masing-masing. Mereka menerima kekurangan tersebut dan malah ngerasa takut buat menjalin hubungan. Pada bagian ini, menurut gue definisi romantis adalah kisah cinta dua karakter ini. Mereka sadar nggak bisa bersama dalam kenormalan, tapi masih kekeuh ngejalanin, saling mensandar di bahu yang rentan oleng. 

8 / 10 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film METAMORPHOSIS (2019) ; Tipu Muslihat Lelembut Khas Korea

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil