Creepy pasta dalam film ( Part 2) Review The mimic : Jangan percaya pada suara apapun









Release dateSeptember 27, 2017 (Indonesia)
Hangul장산범
Box office9.4 million USD

Cast : 
Yum Jung Ah sebagai Gil Hae Yeon 

Park Hyuk Kwon Sebagai Min Ho


Bang Yoo Seol Sebagai Joon Hee



Lee Joon Hyuk Sebagai Dukun 






            Seperti yang gue bilang sebelumnya, gue adalah orang yang tidak suka nonton film horror. Dengan alasan apapun. Tapi, anehnya gue masih suka baca cerita-cerita creepy pasta ala-ala jepang yang emang serem dan sukses bikin merinding sampai ke tulang-tulang.
            
          Begitu juga dengan film ini, berdasarkan cerita yang di sajikan merupakan salah satu dari urban legend yang berhasil di angkat ke layar lebar. Gue jadi merasa kalau fantasi gue di renggut jauh ke dalam visual Audio yang nyata. 
           
    Akan berkisah tentang sebuah keluarga yang pindah ke suatu desa di karenakan si istri menderita depresi akibat kehilangan putra yang di cintainya. Konon, menurut suaminya sang istri akan lekas membaik jika menjauh dari segala hal yang akan membawanya pada kenangan saat putra mereka masih hidup.
               Hanya beberapa hari kemudian. Berbagai teror mendadak muncul, suara familiar terus bergema tanpa karuan. Semua di mulai ketika si istri menemukan seorang anak kecil yang tersesat di hutan belakang rumah mereka.


             
  Apa yang sebenarnya terjadi pada anak itu hingga kemudian dirinya membawa petaka bagi keluarga Hae Yeon dan suaminya?

             

      Menurut gue, film horror yang ini juga tak jauh beda dengan produksi film-film terdahulunya. Premisnya di kemas dengan cara yang klasik dan menurut gue sangat mudah di tebak. Tapi, yang keren di sini adalah entah kenapa meskipun film ini hanya mengangkat cerita legenda tentang Jangsanbum atau Harimau Jang, tapi keseluruhan cerita yang di sajikan cukup menarik untuk di simak. Meskipun,  bagi gue plot ceritanya sangat tidak rapih. 

    Misalnya di awal durasi, kita di haruskan untuk menyimak sebuah adegan tentang perselingkuhan seorang lelaki. Dan ternyata, itu hanya sebuah prolog semata. Tidak ada kesinambungan cerita dengan adegan-adegan berikutnya. Yang gue rasa lumayan bikin bingung ya. Kenapa cara mengenalkan si harimau itu terlalu detail? Kenapa nggak lewat narasi aja gitu misalnya. 

       Selanjutnya, mungkin gue sedikit kecewa dengan sinematografi yang di hadirkan dalam film ini. Rasanya biasa aja, bahkan jauh dari sinematogafi dalam film The Wailing. Gue sih,berasa lagi nonton film horror indonesia. Enggak kurang, tapi nggak lebih juga. 

      Untungnya,  masing-masing karakter berhasil di perankan dengan baik oleh para cast. Apalagi gue sangat mengapresiasi akting dedek gemes yang gue rasa begitu alami . Dan Joon Hyuk Ahjussi nggak di sangka berhasil memerankan penyembah iblis dengan sangat apik. Berhubung selama ini peran dia selalu terfokus pada ahjusi kocak yang selalu berakhir sebagai pecundang. 

     Horror yang di sampaikan film ini, memberikan sensasi merinding dan bikin lemas. Beda halnya ketika gue nonton IT di review sebelumnya, di sana horror yang di hadirkan benar-benar penuh dengan scared-Jump yang bikin jantungan. Kalau di sini mah, gue ngerasa bahwa kengerian benar-benar menggerogoti secara perlahan. Hingga akhirnya gue merasa trauma. Hahaha 

(3.5 / 5 Bintang ) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Film 7 Alasan Mengapa The Handmaiden (2018) Begitu Memesona