Review film Jumanji : Welcome to the jungle ; Serunya jadi karakter game



              
Cast :
Dwayne Johnson Sebagai Dr. Smolder Bravestone / Spencer 
Karen Gillan Sebagai Ruby Roundhouse
Kevin Hart Sebagai Moose Finbar
Jack Black Sebagai Professore Shelly Oberon
Nick Jonas Sebagai Alex
Madison Iseman Sebagai Bethany
 Alex wolff Sebagai Spencer 

Produksi : Columbia pictures
Durasi : 119 menit 
Rilis : 5 Desember 2017 


            Dulu, pas gue masih sekolah dasar. Setiap liburan tiba, salah satu stasiun televisi nasional pasti menayangkan film special natal dan tahun baru. Dan gue masih ingat ketika gue dengan nyamannya menonton Jumanji sambil makan bala-bala (Bakwan)  Bi mai.
            

                  Seru banget, hanya berawal dari sebuah kotak permainan. Petualangan menegangkanpun terjadi. Bermacam mara bahaya khas hutan belantara mendadak tumpah ruah ke kota besar.
           
                     Untuk ukuran gue yang masih ingusan saat itu sih, film Jumanji tahun 1995  tersebut sudah lebih dari cukup untuk di bilang seru. Pake banget malah.
           




                             Lalu, 17 tahun kemudian. Columbia pictures berbaik hati membuat sekuel kedua dari Jumanji yang versi Robin wiliams dulu. Dan sebagai penggemarnya, gue tentu  saja sangat antusias. Apalagi setelah tahu bahwa pemeran utamanya adalah aktor holiwud kesukaan gue ; Dwayne Johnson.  
           

       Menyelaraskan dengan perubahan jaman. Cerita di  mulai pada tahun 1996,  ketika udah nggak banyak anak cowok yang main game macam papan Jumanji yang klasik dan ketinggalan jaman.

     Termasuk seorang remaja bernama Alex. Dia yang pertama kali menemukan papan jumanji, namun sesampainya di rumah, Alex sama sekali nggak tertarik dengan papan permainan tersebut.
      
        Alex hanya sibuk dengan konsol video game miliknya, hingga malam harinya si jumanji mengubah diri menjadi kaset konsol, dan menyedotnya ke dalam dunia jumanji.

Permainan tersebut kembali di temukan  oleh empat remaja di masa kini, ketika mereka sedang di hukum oleh gurunya. Di tugasi untuk membersihkan file  yang menumpuk di sebuah gudang.
            
           Gue sih, sudah lama mengantisipasi film ini. Bahkan sudah sejak trailer pertama, gue nunggu kapan film jumanji ini bisa tayang di bioskop deket rumah gue. Dan, selama menunggu tayang. Gue sudah sibuk membaca berbagai artikel yang mengulas film ini, tak lupa berbagai penilaian di blog-blog pecinta film.

            Hasilnya lumayan. Kurang kritik, banyak pujian. Tapi, ternyata ada satu blog yang secara kebetulan membuat gue sedikit ciut untuk menonton film ini. Penulis blog tersebut menuliskan satu hal yang membuatnya sedikit menyangkan beberapa bagian dalam film. 
            
              Mengatakan bahwa di jumanji yang versi jaman dulu. Keseruan datang dari petualangan yang menegangkan karena tokoh yang di hadirkan sama sekali nggak punya kekuatan apapun. Artinya, mereka benar-benar melawan keganasan jumanji hanya bermodalkan keberanian dan semangat yang tinggi.


Beda halnya dengan jumanji ; welcome to the jungle, setiap karakter di bekali dengan kemampuan khusus untuk menyelesaikan setiap misi, juga tak lupa kelemahan yang sewaktu-waktu dapat mengurangi nyawa yang mereka miliki.
            


                  Gue yang membaca itu, langsung merasa sedikit kecewa. Ya istilahnya kebawa perasaan alias baper, tapi itu nggak cukup buat menghentikan gue untuk ikut bertualang seru bersama Jumanji ; welcome to the jungle.
            

           Singkat cerita, gue akhirnya kesampaian nonton.  Gue serius banget, berusaha untuk mengerti setiap adegan dan teka-teki yang di hadirkan. Dan hasil dari apa yang gue simak adalah, sebagai berikut.
         

               Jumanji ; welcome to the jungle ini bagi gue sangat menyenangkan. Hasil perombakan dari sekuel pertama yang justru lebih keren. Jelas ya, semua modernitas perfilman sudah lebih maju di banding 22 tahun yang lalu. CG yang di tampilkan membuat film ini menjadi lebih seru dan tampak  nyata.
            
            Dan, ketika gue mengingat kembali hasil ulasan yang sebelumnya sempat gue baca  itu. Gue jadi ingin meluruskan, mungkin penulis lupa kalau jumanji ; welcome to the jungle ini sepenuhnya sudah di rombak. Dari mulai cerita yang berbeda, kemudian format game yang sudah berubah menjadi lebih modern. Maka wajar jika setiap karakter jadi punya kekuatan khusus. Masuk akal sekali mengingat setiap game modern pasti karakternya punya semacam kekuatan dan kelebihan.
           

       Salah satu kelebihan lain dari  film ini adalah komedinya, percaya nggak sih? Hanya dengan dialog sederhana, gue bisa di buat tertawa terpingkal karenanya. Bahkan komedi sampahnyapun masih tetap lucu.

            Karakter Bethany yang terjebak dalam tubuh seorang profesor berperawakan gemuk, menjadi salah satu adegan yang mengocok perut. Gue salut pada aktor Black Jack yang dapat memerankan seorang professor dengan jiwa seorang gadis yang terjebak di dalamnya, sikap kemayunya natural banget. Seolah dia emang lagi nggak sadar sedang bersemayam di tubuh seorang pria gemuk. 


                  Tapi mungkin ada beberapa hal yang cukup mengganggu. Meskipun seru, tapi film ini sama sekali tidak menghadirkan adegan yang sentimental. Misalnya seperti Alan  Jumanji 1995 yang akhirnya menyelesaikan kesalahpaman dengan sang ayah. 
           

             Juga gue merasa kalau film ini nggak punya klimaks yang bagus. Pemecahan masalahnya terlalu sederhana, dari mulai menemukan teka-teki, menyelesaikan level yang gue rasa terlalu gampang selesai, jadi sistemnya –Masalah-bagaiamana menyelesaikan-pemecahan masalah-jalan- rintangan-berhasil. Gitu aja, terus berulang.
            
               Jadi, gue cukup setuju kalau harus membandingkannya dari segi cerita. Jumanji 1995 jauh lebih unggul di banding yang welcome to the jungle . Setelah di ingat lagi, gue berasa nonton Moana. Petualangan untuk melepaskan sebuah pulau dari kutukan. hehe
     
      Terakhir, musik Jumanji 1995 dan Welcome to the jungle ternyata di garap oleh dua orang yang berbeda. Makanya gue merasa ada banyak perbedaan, mungkin kalau yang versi terbaru musiknya terdengar lebih modern. Tidak seperti yang dulu terdengar hanya berupa genderang yang di tabuh. Untungnya, kedua musik masih menyajikan ciri khas Jumanji. 

               Film ini sangat gue rekomendasikan dan wajib di tonton bersama keluarga dalam rangka mengisi waktu libur akhir tahun. (4 / 5 Bintang)
            
        Maaf ya kalau ulasan gue tidak rapi dan berakhir ngalor ngidul. Makasih sudah mau berkunjung. Hehe
           
           
            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil

Review Film 7 Alasan Mengapa The Handmaiden (2018) Begitu Memesona