Review Film 7 Alasan Mengapa The Handmaiden (2018) Begitu Memesona




Sutradara : Park Chan Wook

Penulis Naskah : Chung Seo Kyung Berdasarkan Finger Smith By Sarah Waters

Distributor : CJ Entertaiment

Pemain :

Kim Min Hee Sebagai Putri Hideko

Choi Jin Woong Sebagai Kouzuki

Kim Tae Ri Sebagai Sook Hee

Ha Jung Wu Sebagai Pangeran Fujiwara





Durasi : 145 Menit.


Sinopsis Singkat.

                Berlatar era penjajahan jepang. Seorang penipu ulung menyamar sebagai pangeran dan meminta bantuan pencopet wanita, untuk menipu dan mengambil alih kekayaan salah satu  putri bangsawan jepang.

                Sook Hee, nama pencopet wanita itu kemudian menyetujui rencana busuk tersebut. Lalu pergilah dirinya ke rumah mewah sang putri bangsawan. Disana ia bertemu dan mulai menjalin hubungan erat dengan majikannya tersebut.

                Selama beberapa bulan, para penipu tersebut mulai melancarkan mengelabui Putri Bangsawan itu demi menuntaskan misi mengambil harta warisan sang putri yang malang. Apakah si penipu ulung dan Seok Hee berhasil menaklukan kepolosan Putri Hideko, atau justru mereka berdua gagal sebelum sempat mengambil warisan?

Review.


                Sebenarnya penyesalan gue tentang film ini cukup ambigu. Gue cukup menyesal karena baru punya kesempatan untuk menontonnya. Kenapa enggak dari awal-awal kemunculannya saja ya? Pikir gue, begitu film sudah menampilan ending dengan deretan nama-nama aktor yang membintangi film ini.

                Disisi lain, sebenarnya gue sangat menyesal juga karena sudah menonton film ini. Karena setelahnya, citra polos dan ceria seorang Kim Tae Ri yang merupakan aktris kesukaan gue akhirnya runtuh. Begitu juga dengan citra humoris dan menyenangkan seorang Ha Jung Wu.  
Jujur, sejak awal gue tahu bahwa The Handmaiden ini memiliki rating dewasa. Dan menurut gue, bahkan ketika orang dewasa dengan pikiran polos sekapun rasanya tidak akan cocok menonton film ini.

Kenapa?

                Baiklah, pada titik ini. Sekali lagi gue tegaskan bahwa The Handmaiden mengambil genre Thriller Psikologi , Erotis, dan Drama. Kata Erotis nyatanya perlu digaris bawahi sebab hal itu bukan sesuatu yang boleh disimak dengan leluasa ( Dosa) . Hehe  

                Namun, mengesampingkan hal tabu tersebut. Inilah alasan mengapa gue merekomendasikan film ini :
    

 1.       Bertabur Bintang


   
The Handmaiden merekrut aktor papan atas. Nama Ha Jung Wu, Kim Min Hee, Kim Tae Ri, dan Choi Jin Woong merupakan daftar penjamin bahwa sebuah film yang mereka bintangi termasuk- The Handmaiden- dipastikan akan sukses besar. Dalam istilah ilmunya, film seperti itu disebut sebagai Film Formulaik.


             2.       Comeback Sutradara Kawakan Park Chan Wook 



Setelah kesuksesan Old Boy yang fenomenal. Park Chan Wook memang sedikit meredup dengan beberapa film setelahnya yang memang Underrated dan biasa saja. Meski begitu, bukan berarti film-film sesudah Old Boy dan Sebelum The Handmaiden bisa dikatakan gagal, toh kualitasnya sama sekali tidak berkurang meski tak menyentuh kata luar biasa.

The Handmaiden menjadi project besar kembalinya sutradara kawakan tersebut. Gue yakin, penggemar film lawas Old Boy yang merindukan sentuhan jenius seorang Park Chan Wook akan langsung merasa bahwa ekspektasinya benar-benar terpenuhi dengan baik.

3              3.    Karakterisasi yang kuat 



Salah satu hal yang membuat film ini begitu memesona adalah karakterisasinya yang sangat kuat dan memorable. Penulis naskah membuat setiap karakter yang dihadirkan mampu tampil dengan begitu bersinar dan unik.

Penulis menjadikan setiap karakter sangat tak terduga dan penuh kejutan. Semisal, Putri Hideko yang diawal-awal tampil dengan karakter polos, rapuh, dan malang. Secara mendadak dirubah menjadi wanita arogan, licik, dan jahat. Padahal aslinya, putri Hideko itu hanya seorang gadis yang hidupnya penuh akan rasa takut dan pengalaman traumatis.

    4.       Plot Twist Berlapis   



       Jika ada yang berkata bahwa film ini tidak seru, sampah, gak jelas, atau sekadar film erotis gak guna. Maka gue akan seketika percaya bahwa orang tersebut sangatlah dangkal jiwa seni dan imajinasinya.

Karena bagi gue, The Handmaiden tak hanya  menampilkan adegan-adegan tidak senonoh saja. Lebih dari itu, dia berhasil mempermainkan penontonnya dengan sangat jenius dan menggebu-gebu. Sebagai contoh saja, pada awal durasi misalnya. Film ini sudah langsung membuat gue berdecak kagum saat mengetahui ternyata “ Ceritanya begini, bukan begitu.”

Untuk menghindari spoler, gue hanya bisa sampai disini saja. Pokoknya, gue jamin bahwa kalian takan menyesal dan merasa dibohongi oleh poin ulasan tentang plot twist ini. Daebak pokoknya mah ! .

5          5 .       Plot  yang ciamik dan menawan 



Selain banyak kejutan tak terduga, plot dalam film ini juga menyenangkan untuk disimak. Dengan durasi hampir menyentuh tiga jam, gue sama sekali tak merasa bosan bahkan untuk sekadar men-skip dialog-dialog yang mendayu.

Film ini punya tiga bagian dalam tahap penceritaannya. Setiap bagian akan di narasikan oleh tokoh yang berbeda. Misalnya, pada bagian satu cerita akan mengambil sudut pandang sekaligus di narasikan langsung oleh Seok Hee. Pada bagian kedua, sudut pandang dan narator  beralih kepada tokoh Putri Hideko. Nah, terakhir. Dibantu oleh dialog bersama dengan Pamannya Putri Hideko, sudut pandang akan dialihkan kepada Pangeran Fujiwara sebagai bagian dari menjelang ending cerita.

            6.       Memborong Berbagai Penghargaan. 



Tak lengkap rasanya jika tidak membahas prestasi apa saja yang sudah diraih oleh film ini. Dibantu wikipedia, berikut beberapa penghargaan untuk The Handmaiden yang berhasil gue rangkum :

  • ·         Memenangkan beberapa kategori, beberapa diantaranya Best Actress ( Kim Min Hee) , Best New Actress ( Kim Tae Ri), Best Cinematography ( Chung Chung Hun), dan Best Adapted Screenplay ( Chung So Kyung).

  • ·         Ikut serta sebagai puluhan nominator dalam ajang penghargaan bergengsi. Diantaranya, Alliance Of Women Film Jurnalists, Austin Film Critics Association, Blue Dragon Film Awards, Bostn Society Of Film Critics, Buil Film Awards, Busan Film Critics Awards, Channes Film Festival, Chicago Film Critics Association, Asian Film Awards, Baeksang Arts Awards, dan masih banyak lagi.

  • ·         Menempati posisi Box office. 





1                 7. Pesona Sinematografi yang Memukau. 

Bekerja sama dengan Chung Chung Hoon untuk departemen sinematografi. The Handmaiden berhasil tampil ciamik dengan teknik pengambilan gambar yang indah, tidak monoton, dan sinematik. Benar- benar berhasil mengantarkannya pada level berkelas dan mewah.


8. BONUS : Adegan terbaik
8             



Jangan berburuk sangka dahulu ya. Adegan terbaik yang gue pilih tentu saja bukan pas bagian adegan erotis. Itu mah gue selalu melewatkannya. Sebenarnya banyak adegan terbaik yang melekat di hati gue pribadi. Namun Best of the best-nya sih gue rasa adalah ini.

Sengaja Buram, biar nggak Spoiler. 


                Adegan itu sederhana sekali. Tapi entah mengapa gue berurai air mata begitu menyaksikannya. Rasanya gue seolah ikut terbawa perasaan haru biru tokoh utama yang berhasil membebaskan diri.

                Meski begitu, ada juga beberapa hal yang gue sangat sayangkan dari film ini.

Pertama, mengapa film sebagus ini harus mengangkat tema seksualitas yang terlalu berlebihan? Padahal menurut gue, tanpa menghadirkan adegan-adegan terlampau eksplisit seperti itu saja The Handmaiden masih akan tetap bersinar kok. Toh yang membuat cerita seru bukan itunya, ada banyak hal yang masih bisa di eksplore tanpa harus membuat penonton sedikit tidak nyaman kala adegan dewasa mulai dimunculkan.

Kedua, gue tidak paham mengapa film ini bisa punya durasi yang sangat lama. Ya, meskipun sama sekali tak membosankan. Tapi tetap saja hal itu tidak bisa dibenarkan, dan menjadi angin lalu semata.  Untung saja eksekusi ceritanya berhasil. Bagaimana kalau gagal?

Terakhir, gue juga tidak paham. Tentang hubungan yang dibangun oleh kedua karakter utama. Rasanya semua serba ambigu begitu mereka mulai menjalin kedekatan sebagai majikan dan pembantu, dan kemudian berubah menjadi hubungan persahabatan, lalu dari sana malah berubah lagi jadi hubungan romansa yang tidak masuk akal.

Jadi apakah dari awal mereka berdua itu merupakan wanita penyuka sesama jenis atau bagaimana?. Pertanyaan ini terus berputar di otak gue. Enggak sih, bukan apa-apa. Tapi kan kalau salah tafsir, takutnya persepsi jatuh cinta pada sesama jenis itu berakhir dibenarkan atau ternyata malah menjadi hal lumrah dan biasa saja. Baiklah, mungkin, akan lebih baik bila gue anggap mereka sebagai dua orang dengan kelainan orientasi seksual. Haha

Ya begitulah. Dengan demikian, The Handmaiden berakhir tidak hanya sebagai film mengusung tema dewasa semata. Ia juga memberi suguhan dramatis tentang bagaimana perjuangan seseorang meraih kebabasan yang diinginkannya.

4,5 / 5 Bintang.




               

Komentar

  1. Kek mereka cuma 2 orang yang sakit jiwa karena traumatis psikologis sex. Terutama si tokoh putri kaya. Punya paman sakit jiwa kek gitu, en dieksploitasi dari kecil, pasti lama2 jadi penyimpangan seksual... Kalo si pembantu, kek nya juga dieksploitasi juga karena kemiskinan. Merasa semua laki2 jahat, en pertaman kali dapat teman perempuan yang krk nya baik, en terlalu polos juga, ya akhirnya jadi nyimpang juga. Awalnya iseng aja kek nya. Tapi keterusan... LoL.. Gw setuju dengan penghapusan adegan erotis berlebihan. Filmnya udah cukup cerdas dan hebat tanpa perlu ada adegan yg bikin gak nyaman nonton sama teman cewek apalagi cowok... Wkwkwk... Gak kebayang kalo tu adegan nongol di layar bioskop... Wkwkwk... ๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
  2. bukan kelain sex seih cmn kebawa suasana aja mrk tu, dari ketertarikan berujung pd sex, jngn baper ingt kodrat laki sama perempuan, orentasi sex penyimpang bisa menular waspadalah2,

    BalasHapus
  3. Aku baru aja no ton.ceritanya bagus.adegan sexnya emang lebay.cinematografinya keren bgt.menurutku klo di film ini pada dasarnya 2 wanita ini memang penyuka sesama jenis ๐Ÿ˜„ makanya u bingung dgn perjalanan knp bs secepat itu dr pelayan bisa jd seperti kekasih.ini film the best tp gk buat erotiknya yg nyeremin๐Ÿ˜„.bener kata u,image manis Kim Tae ri hancur lebur stlah nonton ini.

    BalasHapus
  4. Aku udh tau pelem ini dari zaman dulu, tapi ga excited cuman selewat aja, karena kata temen gue ga rame.
    Setelah gw suka ama kim tae ri, nonton lah kemaren.....

    Anjimlah yg adegan erotisny keterlaluan,tapi disini gue jadi suka ama kom min hee. Ya walaupin udh ga aktif (pelakor) sayang bgt padahal kalo ga ada skandal kim min hee bakal famous.

    Over all bagus si

    BalasHapus
  5. Laki2 disekitar merekanya pada gitu sih,jahat dan cuman pengennya sex doang,muak ama laki2 lbh tepatnya,klo kata gua sih hideko ga tiba2 tertarik sama si seok hee,dia merhatiin bgt si seok hee terutama respon plus anggapan si seok hee tentang dia,yg pas bagian hideko yg cerita,yg pas lagi ngelukis si fujiwara raba2 trus si hideko bilang,"yamete kudasai",disitu si seok hee ngambek trus langsung keluar sambil ngamuk2,nah si hideko bertanya2,ni anak knp ngamuk gitu,trus lbh jelas lagi yg pas si hideko mau gantung diri di pohon sakura,klo si seok hee mah awalnya iba gara2 si hideko sebatang kara,trus kasian nganggep si hideko polos bgt,padahal si seok hee yg keliatan polos dimata si hideko,awalnya sama2 ngerasa saling iba plus kasian,trus penasaran,tertarik dan you know lah,ya intinya menurut gua mereka begitu ga tiba2 kok

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film The Gangster, The Cop, The Devil (2019) ; Adaptasi Kisah Nyata Terbaik

Review Film METAMORPHOSIS (2019) ; Tipu Muslihat Lelembut Khas Korea

Review Film The Villagers (2019) ; Misteri Skandal Besar di Kota Kecil