Review Series RIVERDALE Season Satu (2017) ; Series Remaja Yang Meremaja
Distributor : Neflix
Pemeran :
Camila Mendes Sebagai Veronica Lodge |
KJ Apa Sebagai Archi Andrews |
Cole Sprouse Sebagai Jughed Jones |
Madelaine Petsch Sebagai Cheryl Blossom |
Lili Reinhart Sebagai Betty Cooper |
Jumlah epiosode : 13
Sinopsis Singkat.
Serial amerika yang dua tahun
terakhir mendapatkan perhatian publik ini akan berkisah tentang sebuah kota
bernama Riverdale. Kota fiktif yang aman, nyaman, dan penuh semangat. Sampai akhirnya, pada suatu
hari ditemukan mayat seseorang yang selama ini dikenal sebagai Jason Blossom.
Anak sulung sekaligus pewaris utama bisnis sirup maple keluarga Blossom. Jason
ditemukan tenggelam dalam kondisi luka tembak pada dahinya.
Sejak itu, Riverdale menjadi
rusuh karena sibuk dengan rumor tentang kematian Jason. Beberapa adalah tentang
keluarga Cooper yang selama turun temurun mewarisi permusuhan diantara dua
keluarga tersebut. Teka-teki misteri dan konspirasi dibalik kematian Jason pada akhirnya
mempertemukan sepasang sahabat yang kemudian sama-sama saling jatuh cinta
selama mengikut alur pemecahan misteri. Mereka adalah Betty, Veronica, Archi,
dan Jughed.
Review.
Sebenarnya, tidak ada yang
spesial dari premis cerita serial ini. Bahkan untuk ukuran serial misteri,
Riverdale kalah jauh dari misteri yang selama ini sempat disajikan oleh drama
korea.Tapi sebagai serial remaja, tentu saja
Riverdale wajib masuk daftar tontonan akhir pekan.
Menayangkan tiga belas episode
pada musim pertamanya. Riverdale akan mengeksplore setiap karakter lewat kasus
kematian Jason Blossom. Konflik yang dihadirkan berkat itu cukup kompleks,
penonton akan dibawa mengenal satu persatu kelebihan dan kekurangan karakter.
Di ajak memahami hubungan rumit lima keluarga, yakni keluarga Blossom, Cooper,
Andrews, Jones, dan Lodge.
Salah satu bumbu yang membuat
serial ini menjadi lebih menarik disimak
adalah adanya kisah sahabat jadi cinta. Dimana memang kita akan sulit menebak,
si A yang harusnya sama si B eh ternyata sama si C. Tidak cukup manis
memang, karena tahu sendiri ya bagaimana budaya barat memandang cinta. Tapi masih
sangat menarik untuk disimak.
Meski dari segi cerita, serial
ini tentu kalah telak karena misteri yang terkandung ternyata tak cukup serius
dan berakhir biasa saja. Tapi dari segi karakterisasi dan sinematografi,
Riverdale jauh lebih unggul.
Gue suka sekali saat setiap
episodenya secara bergiliran menampilkan karakter tokoh secara detail. Dan
itupun alami, tanpa bikin penonton merasa sedang diberitahu bahwa ternyata si
Betty coper ini begitu atau si Jughed itu begini. Mereka bisa kita kenal dengan
cara yang alami, sesuai dengan laju cerita yang membutuhkan mereka sebagai
pemecah masalah.
Untuk sinematografinya sendiri.
Gue merasa sangat dimanjakan saat alur mulai menampilkan keindahan Riverdale
yang masih asri dan memang paronamik sekali. Kamera mengambil gambar begitu
mulus, memperlihatkan segala sisi yang selama masih bisa di eksplore sih kenapa
enggak?! . Ada juga beberapa adegan yang dibuat lebih dramatis dan cenderung
tidak monoton. Semisal, saat keempat sabahat bersama seorang teman (gay) mereka
sedang melakukan percakapan di kantin sekolah. Alih- alih menyorot secara
bergiliran tokoh mana yang sedang berdialog, kamera justru secara aktif berputar dan mendapatkan semua dialog tokoh
dalam waktu yang sama.
Yang patut diacungi jempol dari
serial ini sih menurut gue adalah penampilan para aktor yang gue rasa sangat
jauh melebihi ekspektasi. Semua aktor yang mengambil peran dalam Riverdale
mampu tampil baik dan membawakan tokoh masing-masing dalam porsi yang cukup.
Dan diantara semua aktor, gue memberikan poin lebih kepada Liliant yang
sangat sukses meyakinkan penonton bahwa dirinya benar-benar gadis bernama Betty
Cooper. Lili sangat berhasil membawakan tokoh Betty dengan begitu percaya diri.
Mengembuskan emosi yang tidak stabil, dan tentu saja sulit jika diembankan
kepada aktris selain dirinya yang – mungkin- bisa dibilang pendatang baru.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, saking bagusnya akting Lili gue sempat ikut
menangis saat tokoh Betty melakukan
dialog emosinonal sambil menangis. Padahal dialognya sederhana, hanya berupa
kekecewaan tanpa sesuatu yang serius. Tapi entah mengapa terasa begitu nyata
hingga gue merasa harus ikut menangis untuk tokoh Betty.
Tokoh kedua yang berhasil
menarik perhatian adalah Jughed Jones.
Di perankan oleh Cole Sprouse , aktor muda itu berhasil menampilkan tokoh
Juggy yang selama tiga belas episode dikenal sebagai pemuda misterius yang suka
menulis. Saking misteriusnya, Juggy berakhir membuat penonton semakin penasaran
kepadanya.
Di balik wajah yang kalah rupawan-tapi tetap tampan- dari Archi Andrews, apa sih yang sebenarnya telah terjadi padanya. Ohya, membahas sedikit tentang fisiknya. Entah karena karakterisasi yang mengharuskan dirinya terlihat misterius, ada beberapa moment yang gue merasa bahwa Juggy itu sangat memesona dengan kesan cool-nya itu. Bikin jatuh hati banget deh.
Di balik wajah yang kalah rupawan-tapi tetap tampan- dari Archi Andrews, apa sih yang sebenarnya telah terjadi padanya. Ohya, membahas sedikit tentang fisiknya. Entah karena karakterisasi yang mengharuskan dirinya terlihat misterius, ada beberapa moment yang gue merasa bahwa Juggy itu sangat memesona dengan kesan cool-nya itu. Bikin jatuh hati banget deh.
Untuk Archi, aktor gagah KJ didapuk
sebagai pemerannya. Aktor itu juga bermain aman-aman saja. Karena mungkin
karakter Archi yang juga begitu-begitu saja. Tapi sebagai second lead male,
tokoh Archi tidak cukup menarik perhatian meski porsinya tampil di layar
cenderung intens.
Camila Mendes yang memerankan Veronica dan yang berperan Madelaine Petsch sebagai Cheryl.
Tampil dalam batas yang tidak mengecewakan, namun tidak juga meraup kagum.
Mereka berdua benar-benar berada dibatas karakter pendukung yang sulit
mendapatkan perhatian penuh dari penonton.
Jujur, gue suka banget sama kemistri antar tokoh. Baik dalam konteks
pertemanan, romansa, atau keluarga. Mereka berhasil membawakan itu sesuatu
kebutuhannya. Bahkan disatu waktu, gue selalu gagal menahan air mata saat layar
sedang menampilkan dialog emosional yang mempertontonkan satu dari sekian
banyak kemistri Ayah dan Anak keluarga Jones. Semua jadi cukup menguras
perasaan saat Juggy ingin hidup seperti dulu, namun Ayahnya yang seorang
pemabuk dan lain sebagainya belum bisa mewujudkan keinginan sang anak.
Keseluruhan, Riverdale berakhir menjadi tontonan yang meremaja. Meskipun
masih sangat banyak konten yang tidak cocok untuk ditonton remaja Indonesia (
Hahahaha). Namun, bila dibandingkan dengan genre serupa seperti 13 Reason
Why-nya Hannah Bakery Reverdale benar-benar tidak memberikan perasaan
depresif kepada penonton sebagaimana
sang tokoh utamanya yang sepanjang satu season terus saja tersakiti.
3 / 5 Bintang.
Komentar
Posting Komentar