Mengulas Film STEEL RAIN : SUMMIT (2020) ; MEMATAHKAN MITOS SOAL FILM SEKUEL SELALU GAGAL
Sutradara : Yang Woo Seok
Penulis Naskah : Yang Woo Seok
Pemeran :
Kwak Do Won Sebagai Kepala Komando Pengawal Tertinggi Korea Utara
Jung Woo Sung Sebagai Presiden Korea Selatan ( Han Kyeong Jae )
Yoo Yoon Seok Sebagai Presiden Korea Utara
Angus Macfadyen Sebagai Presiden Amerika Serikat
Distributor : LOTTE ENTERTAIMENT
Durasi : 2 Jam 13 Menit
Tentang :
Premis cerita film kedua ini cenderung lebih sederhana. Yakni, kudeta yang dilakukan ketika presiden amerika dan korea selatan sedang bertandang dan hendak bertemu dengan presiden korea utara. Ketiganya lantas menjadi sandera hidup dan dibawa ke suatu tempat lewat jalur laut. Sebuah kapal selam, telah bersiap mengantar mereka.
Bagaimana nasib ketiga kepala negara tersebut?
Review :
Punya pesona yang berbeda dengan sang pendahulu, Steel Rain Summit buat gue benar-benar tontonan yang berat namun tidak terlalu menjemukan. Takaran antara kedua unsur itu terasa pas dan seimbang dari awal hingga akhir film. Perpaduan genre bikin filmnya jadi enggak terlalu serius-serius amat. Mengikuti kesuksesan film pertamanya tiga tahun lalu, STEEL RAIN ; SUMMIT berhasil memikat penonton dengan pesona baru dari genre politik yang biasanya bikin jenuh. Di film keduanya ini, kudeta yan dilakukan oleh korea utara dibalut dalam aksi yang lebih ringan namun justru dua kali lipat lebih bikin meriang. Ketegangan demi ketegangan berulang kali harus ditelan bulat-bulat.
Sebagai film aksi yang menyajikan baku tembak. Sebenarnya film ini memberikan apa yang selama ini kita butuhkan dalam film bertema politik dan segala konspirasi yang ada.
Yakni Melibatkan empat negara sekaligus dalam konfliknya. Para tentara yang ikut terjebak bersama dengan para presiden tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi. Namun, dengan nurani yang tertanam dalam hati. Mereka mulai meyakini apa yang benar, dan harus memusnahkan apa yang salah. Maka, disanalah letak pesona film kedua ini. Kita bakal disajikan drama para tentara yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.
Selain itu, politik dalam film ini juga enggak harus selalu tentang pemerintahan sepenuhnya, tapi terselip juga orang-orang yang kerja di bawah pemimpin utama (presiden) ada juga militer, dan beberapa orang yang memang jarang muncul di media kalau lagi ada huru-hara apapun. Cukup memberikan wawasan baru tentang dunia yang tidak pernah terjamah dalam imajinasi sebelumnya.
Sebenarnya, film kedua dari Steel Rain (2017) ini tidak memiliki formulasi yang serupa. Semuanya dirombak total, bahkan dua aktor yang sebelumnya menjadi nahkoda cerita juga mendapatkan peran yang jauh berbeda dengan film pertama. Bertukar karakter, mereka mengubah diri jauh dari imej di film ke-1.
Yang gue suka dari film ini, ada sentuhan komedi yang meskipun ringan. Namun sangat berharga hadir ditengah kisruh dan masalah pelik antar negara. Kemudian juga seperti seharusnya, kedekatan antara tiga karakter utama nyatanya kembali menjadi sorotan. Dengan karakter presiden amerika sebagai pemimpin momentum komedi. Film ini jadi terasa enggak terlalu serius. Seperti yang udah gue bilang tadi. Selain itu, gue sangat mengagumi bagaimana film ini mengangkat tema kudeta dengan cara yang berbeda. Yakni melakukan perang di bawah laut.
Biasanya perang lumrah dilakukan di darat, udara, atau permukaan laut dan bukit-buki tersembunyi ( kalau di film kolosal) Tetapi apa jadinya jika perang tersebut dilakukan jauh sekali di bawah laut, tempat si The Meg hidup dan tinggal sebelum ilmuan bodoh meloloskannya ( Lah jadi bahas film The Meg) Hal tersebut lantas menjadi daya tarik tersendiri buat gue pribadi. Bagaimana visual saat dentuman bom yang terjadi di bawah laut, atau ketika para kru kapal melakukan teknik-teknik ketika perang di dalam kapal selamnya. Bikin gue beberapa kali berseru, karena tentu saja hal tersebut belum pernah gue lihat di film manapun sebelumnya.
Overall. Buat gue sendiri, film ini sangat menghibur dari berbagai sisi kehidupan. Dan anehnya, malah lebih seru ketimbang film pertamanya. Seolah berhasrat menjadi film yang mematahkan mitos bahwa film sekuel biasanya akan gagal, atau tidak lebih seru dari yang pertama.
4, 5 / 5 Bintang
Komentar
Posting Komentar