FILM ESCAPE FROM MOGADISHU (2021) ; KETIKA KORUT DAN KORSEL MENDADAK JADI BESTIE
Sutradara : Ryu Seung Hwan
Penulis Naskah : Ryu Seung Hwan
Pemeran :
Kim Youn Seok Sebagai Han Shin Sung
Jo In Sung Sebagai Kang Dae Jin
Heo Jun Ho Sebagai Rim Young Soo
Jeon Man Shik Sebagai Gong Soo Cheol
Kim Jae Hwa Sebagai Jo Soo Jin
Park Kyung Hwa Sebagai Park Ji Eun
Go Kyung Hwan Sebagai Tae Jon Ki
Distributor : LOTTE ENTERTAIMENT
Durasi : 121 Menit
Tentang :
Han Shin Sung, bekerja sebagai seorang kedubes korea selatan. Ia ditugaskan di Mogadishu, Somalia. Ia ditugaskan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara tersebut. Namun langkahnya selalu tersendat, ketika saingan terbesarnya terus saja melakukan sabotasi atas rencana-rencananya.
Korea utara, diwakili oleh kedubes bernama Im Young Soo. Yang kemudian menjadi halangan terbesar korea selatan, mereka sangat tertutup untuk hal apapun, namun diam-diam mengawasi pergerakan korea selatan beserta segala rencana yang sudah dirancang.
Suatu hari, konflik internal terjadi di Somalia. Warga sipil merasa bahwa pemerintah dipimpin oleh seorang diktator. Maka, kudeta pun terjadi. Rakyat somalia marah, dan melakukan serangan pertama.
Ketika Civil War terjadi, baik perwakilan korsel maupun korut. Kini sama-sama terjebak di negara antah berantah dengan konflik yang semakin memanas. Bagaimana caranya mereka bisa melarikan diri dari konflik ? Pulang ke tanah air.
Review :
Rasanya sudah lama banget, sejak terakhir kali korea selatan memproduksi film besar seperti ini. Maksudnya, film yang mengerahkan seluruh jalan cerita, properti, dan jajaran pemain terbaik. Enggak Cuma modal plot twist aja. Atau CGI belaka.
Vibes film ini agak mirip TAXI DRIVER, namun tentu saja dalam konteks konflik yang pada saat itu sedang genting perpolitikan. Tembak-tembakan, baku hantam senjata, dan beberapa karakter orang asing yang ikut terjun.
Tetapi sebenarnya, daya tarik film ini hanya terletak pada karakter dua kubu dari negara saling bermusuhan. Korea selatan dan utara. Yangmana, hanya bersitatap aja mereka udah berantem, apalagi terlibat satu sama lain.
Gue suka banget bagaimana hubungan hate and love dipertontonkan dalam film ini. Dari yang tadinya persaingan politik, kemudian berubah menjadi persaingan rumpun, hingga endingnya jadi kemanusiaan.
Sebelumnya gue nggak begitu mengerti. Kenapa para penulis naskah di korea selalu bisa memberikan sajian yang menghangatkan hati, itupun terjadi dengan cara yang alamiah. Tidak musti ada alasan, sesederhana dua orang perempuan saling membantu saat harus memisahkan lembaran daun kimchi. Hubungan dua konselor masing-masing kubu, hate and love yang tersampaikan begitu mulus.
Terlebih, dua karakter utama (kedubes) seolah menjadi perwakilan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Para bawahanlah yang selama ini merecoki hubungan baik diantara dua negara tersebut.
Karena dalam setiap adegan yang ditampilkan, hubungan mereka dingin, terjadi hanya akibat rasa gengsi yang tinggi saja.
Sebenarnya, dari jajaran aktor sekelas Jo In Sung, Kim Youn Seok, dan Heo Jun Ho menurut gue sudah cukup menjelaskan. Betapa worth it film ini ditonton. Meski secara garis besar, genre politik disini menjadi bumbu cerita saja. Premis utamanya masih bagaimana caranya melarikan diri dari peperangan?
Mungkin karena gue sudah merindukan film semacam ini, serta pada dasarnya selera gue memang begini. Jadi serius, gue pribadi nggak begitu tahu apa kekurangan film ini. Karena bagi gue, semua aspek sudah nyaris sempurna. Gue begitu menikmati pertunjukan yang disajikan.
Eh, ada satu deh kayaknya. Itu mengenai, betapa gue sendiri agak sedikit gak nyaman tentang latar belakang warga somalia yang kebanyakan digambarkan sebagai umat muslim. Adegan menyiratkan adzan, waktu solat, solat, dan seruan-seruan ala pejuang. Bukan gimana-gimana sih, hanya saja kan takutnya malah disalah artikan oleh orang korea bahwa “Nih, orang islam tuh begini loh” “Tuh, orang islam aslinya begini tau”
Kan kalau sudah kayak gitu, repot juga. Ya, gak sih? Tapi, jika memang itu demi kepentingan plot. Ya apa boleh buat. Apalagi jika ternyata diambil dari kisah nyata. Mana mungkin bisa dirubah. Semoga tidak ada kesalahpahaman. Lagipula, peperangan memang ganas dan kejam. Terlepas dari agama apa yang dianut.
10 / 10
Komentar
Posting Komentar