Memilih Tiga Adegan Terbaik Dua Garis Biru
Sutradara : Gina S. Noer
Penulis Naskah : Ghina
S. Noer
Pemeran :
Zara Sebagai Dara
Angga Yunanda Sebagai Bima
Lulu Tobing Sebagai Ibu Zara
Cut Mini Sebagai Ibu Bima
Dwi Sasono Sebagai Ayah Dara
Arswendi Nasution Sebagai Ayah Bima
Distributor :
Starvision
Durasi : 113 Menit
Tentang :
Masa SMA
konon menjadi timeline dimana remaja harus menikmasi masa mudanya dengan
hal-hal seru dan tak terlupakan. Tapi gimana jadinya kalau pasangan yang semula hanya terjaring cinta monyet dan kasmaran level bucin, kini malah terjebak dalam
pusaran masalah orang dewasa.
Dara hamil
saat Bima bertandang untuk nemenin dia yang lagi sendirian dirumah,
dan sebagai remaja pada umumnya, mereka panik bukan kepalang. Haduh, yang bener
aja. 17 tahun udah punya anak. Bima yang uang bekal sekolahnya aja masih minta
ke orang tua, tiba-tiba harus jadi bapak.
Semua makin
ribet ketika dua pihak keluarga ikut bergabung dan menambah kepelikan masalah
diantara mereka.
Review :
Kalau ada
film yang latar tempatnya ngambil kehidupan perkotaan, yang pasti akan muncul
biasanya seputar kantor, perumahan mewah, restoran mewah, juga beberapa tempat
elit lain khas metropolitan.
Namun kamu
takan menemukan semua itu dalam film Dua Garis Biru ini, yang ada hanya tempat
semi kumuh dan serba sederhana yang tak lain adalah tempat tinggal karakter
utama cowok, yakni Bima.
Dua Garis
Biru ngasih tau kalau kehidupan remaja adalah yang paling rawan. Baik buat
anaknya, maupun orang tua. Coba bayangkan betapa sulitnya mengurus anak yang
sudah memasuki jenjang remaja. Anak cewek rentan terjerumus dalam arus
pergaulan bebas, begitupun dengan anak cowok yang kalau sudah terjerumus, dia
masih harus bertanggung jawab atas segala kesalahannya sebagaimana kodrat seorang cowok.
Wejangan
betapa orang tua harus hati-hati dan telaten membesarkan anak-anaknya agar
tidak sampai ikut terbawa arus buruk. Juga menjadi sebuah pepatah buat
kaum muda bahwa yang namanya pergaulan bebas bikin happy sesaat aja, sisanya
mereka hanya akan menemui kesengsaraan batin, sosial, dan ekonomi.
Dua Garis
Biru mengangkat tema tersebut ke layar lebar untuk disaksikan masyarakat
Indonesia sebagai bahasa film yang harus dipahami. Tidak berusaha menggurui
sih, karena lambat laun pemahaman tersebut akan melekat dengan sendirinya.
Yang gue
suka dari film ini sebenarnya enggak terlalu banyak, tentu selain dari
penampilan jajaran aktor dan aktris berkelas. Semua nampak biasa saja. Tetapi ada
tiga adegan yang sangat berkesan buat gue pribadi.
Pertama, adegan di Ruang UKS.
Demi apapun,
ini adalah adegan paling dramatis sepanjang gue menonton film drama keluarga Indonesia
. Perpaduan penampilan Dwi Sasono yang ngotot ngejar Angga demi menuntut
penjelasan, dengan tokoh Ibu Bima yang juga ikut nimbrung membela anak
kesayangannya. The Best pokoknya.
Kedua, adegan Dara Melahirkan.
Sebenarnya
gue enggak paham seberapa sakit melahirkan. Mungkin Dara pada bagian ini kurang
meyakinkan bahwa melahirkan itu sakit. Tapi
entah kenapa, ngeliat tokoh Dara berurai air mata membela kehidupan anaknya,
bikin gue nangis tanpa suara. Oh, gue jadi ingat beberapa tetangga dan kenalan
gue yang bahkan masih usia lima belas tahun saja sudah harus siap melahirkan.
Terakhir,
Adegan Dara mencurahkan perasaannya punya dedek Adam.
Yang dalam narasinya dia
jelasin meskipun kehadiran anaknya berawal dari kesalahan, tapi ada itu bukan
sepenuhnya kesalahan. Dara si anak remaja mulai menumbuhkan jiwa keibuannya.
Uwuu...
Dalam garis
besar sinema Indonesia, pada akhirnya Dua Garis Biru memang layak mendapatkan
banyak penonton. Pun dengan berbagai penghargaan yang diraih dalam ajang FFI
2019.
3,5/ 5 Bintang.
Komentar
Posting Komentar