Pedoman Selain Kode Etik Jurnalistik Buat Kamu Calon Jurnalis
Sebagai seorang calon Jurnalis, saya
selalu menerapkan keyakinan bahwa Jurnalis bukan hanya sekadar sebuah profesi.
Ada sudut pandang yang lebih mulia di dalamnya. Tentang bagaimana caranya Saya
membuat sebuah berita yang aktual serta faktual bagi masyarakat.
Selain
menggunakan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dalam kehidupan sebagai Jurnalis
handal, Sembilan Elemen Jurnalistik Menurut Bill Covach ini juga layak menjadi
pegangan lainnya :
1. Kewajiban pertama
jurnalisme adalah pada kebenaran
Kewajiban para
jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh
informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Prinsip pertama jurnalisme
pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested
pursuit of truth) adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.
2. Loyalitas pertama
jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
Organisasi pemberitaan
dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas,
kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan
banyak kepentingan lain. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari
independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban,
kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik.
3. Esensi jurnalisme
adalah disiplin verifikasi
Disiplin verifikasi
tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka
sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak.
Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya.
Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai obyektivitas dalam
jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode
yang digunakannya dalam meliput berita.
4. Jurnalis harus tetap
independen dari pihak yang mereka liput
Jurnalis harus tetap
independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga
wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus
lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Adalah penting untuk
menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu
dengan jelas dan membuat penilaian independen.
5. Jurnalis harus
melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
Jurnalis harus
bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Pers percaya dapat
mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal
buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik
atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak
yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri. Prinsip pemantauan ini sering
disalahpahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan mengartikannya
sebagai ―mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.‖ Prinsip pemantauan juga
terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau ―pengawasan‖ yang lebih
bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk
benar-benar melayani kepentingan umum. Namun, yang mungkin lebih berbahaya,
adalah ancaman dari jenis baru konglomerasi korporasi, yang secara efektif
mungkin menghancurkan independensi, yang mutlak dibutuhkan oleh pers untuk
mewujudkan peran pemantauan mereka.
6. Jurnalisme harus
menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik
Apapun media yang
digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik
diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong
warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap. Maka, jurnalisme harus
menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Demokrasi pada
akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip
yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan
verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi
pada publik.
7. Jurnalisme harus
berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
Tugas jurnalis adalah
menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan
untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis
harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang serius dan yang
kurangserius, dalam pemberitaan hari mana pun. Singkatnya, jurnalis harus
memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang
untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal
ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisne.
8. Jurnalis harus menjaga
agar beritanya komprehensif dan proporsional
Jurnalisme itu seperti
pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar
di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya
proporsional dan komprehensif. Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai
pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci
akurasi. Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam
berita.
9. Jurnalis memiliki
kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Setiap jurnalis, dari
redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab
personal, atau sebuah panduan moral. Agar hal ini bisa
terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua
prinsip jurnalistik. Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk
melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia
media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu
membangun budaya yang memupuk tanggung jawab individual. Para manajer juga
harus bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para
jurnalisnya.
10. Dalam perkembangan
berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu: 10.
Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan
berita.
Elemen terbaru ini
muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan
lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media
sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga
(citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media
alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya,
dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.
Komentar
Posting Komentar