Review Film Perempuan Tanah Jahanam (2019) ; Joko Anwar dan Gaya Baru Horor Indonesia
Sutradara: Joko Anwar
Penulis Naskah : Joko Anwar
Pemeran :
Tara Basro Sebagai Maya
Marissa Anita Sebagai Dini
Ario Bayu Sebagai Ki Saptadi
Asmara Abigai Sebagai Ratih
Cristine Hakim Sebagai Nyi Misni
Distributor : CJ Entertaiment, Rapi Films, dll
Durasi : 1 Jam lebih
Mendadak sekali, saya jadi merasa sangat bangga
terhadap perkembangan kinerja sineas tanah air ketika perlahan tapi pasti
kualitas perfilman kita akhir-akhir memang sedang bagus-bagusnya.
Tak hanya dari
segi kematangan naskah cerita saja. Film baru Indonesia kini tidak sekentang dahulu kala, mereka mulai melek
terhadap aspek lain seperti sinematografi. Maka mulai menjamur film Indonesia
dengan efek visual, teknik pengambilan gambar, dan editing ciamik.
Sebagai contoh,
sampai saat ini saya seolah masih dapat merasakan perasaan menyenangkan ketika
bulan Agustus lalu film Gundala membuat saya tidak bisa tidur semalaman.
Kelebatan adegan menegangkan, parade visual sinematik, dan tentu saja
penampilan ciamik Abimana Aryasatya sebagai Sancaka tetap terpatri meski sudah
lama berlalu.
Dalam wawancara
terbarunya, Joko Anwar lalu menjelaskan bahwa garapannya setelah GUNDALA akan
berdasarkan pada naskah cerita yang selama sepuluh tahun telah dirinya siapkan.
Sebuah cerita yang terinspirasi dari mimpi buruknya.
Perempuan Tanah
Jahanam akan berkisah tentang dua orang sahabat dengan latar belakang hidup
yang sama. Maya ( Tara Basro ) dan Dini ( Marissa Anita) diceritakan sebagai
salah satu penduduk kota besar yang terkekang kemiskinan. Hidup mereka pas-pasan sekali.
Malangnya, harapan agar hidup lebih baik setelah membuka
toko baju hasil menabung bersamapun berakhir gagal dan hanya membuat keduanya
merugi.
Maya lalu mendapat
kabar bahwa di sebuah desa, ternyata dia punya hak waris atas sebidang tanah
dan sebuah rumah super besar yang konon merupakan peninggalan kedua orang
tuanya. Tanpa pikir panjang, ditemani oleh Dini dia mulai pergi menuju desa
tersebut.
Ketika sampai
disana. Hawanya aneh, warga desa nampak tidak suka akan kehadiran keduanya.
Semakin lama,teka-teki misterius dibalik kelamnya desa itu akhirnya terungkap.
Jahanam, satu kata untuk desa tersebut.
Jangan berharap
bahwa film ini akan memberikan Jump Scared layaknya film horor lain, karena
setting gelap dengan scoring mendayu dan kemudian muncul sosok makhuk astral
berpenampilan seram nyaris tidak terjadi
dalam film ini.
Hal pertama yang
saya suka dari film garapan Joko Anwar tentu saja adalah visualnya yang memanjakan
mata. Walau dalam film ini, kondisi temaram cenderung mendominasi layar tidak
lantas membuatnya menjadi kurang nyaman ditonton.
Scoring music
Perempuan Tanah Jahanam mengingatkan saya pada scoring music film US (2019)
punya Jordan Peele. Sembari mengiringi laju setiap adegan. si scoring musicnya inilah yang malah bikin
merinding alih-alih adegannya itu sendiri. Bayangkan betapa horornya mendengar
lantunan alat musik jawa, lengkap beserta lengkingan Sinden. Dijamin otomatis
membuat bulu kuduk berdiri.
Horor atmosferik berhasil
terbangun secara alami ketika perlahan akhirnya saya tahu bahwa penyebab
orang-orang desa berubah jadi psikopat, rupanya karena berawal dari sejarah
keluarga Maya sendiri. Fakta itu lantas memaksa saya- dan penonton lain-
terengah seolah ikut melarikan diri dari teror warga desa yang berusaha
menangkap Maya.
Terakhir, Penampilan
Tara Basro sudah tidak usah diragukan lagi. Namun saya justru lebih tertarik
pada karakter punya Marissa Anita yang
disini selalu menyuntikan asupan humor
diwaktu yang tepat. Atau, performa Asmara yang bikin saya ingin berdiri
meneriakan namanya.
Asli, akting Asmara disini menurut saya adalah
yang terbaik sepanjang karirnya sebagai aktris. Lalu saya dibuat kolaps begitu
mengetahui bahwa Bu Cristine Hakim adalah Villain utamanya. Sementara untuk Ario Bayu, dibanding perannya
dalam Film Gundala kemarin. Saya lebih suka peran jahat dia di Perempuan Tanah
Jahanam ini. Seperti baik, padahal paling jahat.
Selain itu, saya sangat mengapresiasi
departement artistik atas make-up yang mereka pakai dalam setiap adegan sadis
dan berdarah-darah. Menyaksikan adegan ini membuat saya tanpa sadar terus
memegangi leher, ngilu sekali pokoknya. Meskipun sayang sekali, menjelang akhir
film. Plot cerita terasa begitu terburu-buru. Apalagi saya agak kurang clop
dengan cara Joko Anwar ngasih tahu karakter Maya tentang masa lalunya. Agak
aneh aja gitu ya, kesurupan itu lama lho. Dan Maya terduduk tepat diantara para
warga yang lagi nyari dia. Masuk akal, tapi apakah tidak ada cara lain? Kayak
misalnya, pingsan terus dikasih lihat kelebatan masa lalu itu kek ya.
Film horor yang menjanjikan. Meskipun seperti
biasa, film bang Joko juga punya sedikit kekurangan. Seperti selalu memasukan
adegan yang settingnya terlalu sepi untuk ukuran perkotaan. Atau adegan-adegan
selipan yang saya rasa sih mending gak usah dimasukin aja. ( Adegan Maya
tiba-tiba terpental dari mobil tebengannya) Hehe
Wah, saya sepertinya
akan dibuat tidak bisa tidur lagi karena sibuk memikirkan fakta bahwa Perempuan
Tanah Jahanam sukses menanamkan kengerian baru dalam industri film Indonesia. Nah,
mulai hari ini. Jika ngomongin tentang Horor. Gak melulu tentang hantu kok !
4 / 5 Bintang
Komentar
Posting Komentar