FILM DEW : LETS GO TOGETHER (2019) ; KONSPIRASI TAKDIR, YANG DIKEMAS TERLALU MENTAH
Sutradara : Ma Deaw Chookiat Sakveeratul
Penulis Naskah : Ma Deaw Chookiat Sakveeratul
Pemain :
Ohm Pawat Chittsawangdee Sebagai Dew
Nont Sadanont Durongkavarojana Sebagai Pop (Young)
Weir Sukollawat Kanarot Sebagai Pop (Adult)
Pahn Darisa Karnpoj Sebagai Lew / Natcha
Distributor : CJ MAYOR, CJ ENTERTAIMENT, M PICTURES, GMM
Durasi : 2 Jam
Tentang :
Sebuah film yang mengangkat tentang tema boys love (Gay) dengan gaya yang cukup berbeda. Dibintangi dua aktor muda berbakat dengan kemampuan akting diatas rata-rata. Menghadirkan kisah cinta yang rumit dan penuh konflik.
Tentang Dew dan Pop yang bertemu untuk pertamakali di suatu pagi yang gerimis, rupanya malah mengantarkan mereka pada insiden jatuh ke sawah. Sejak itu, mereka jadi dekat satu sama lain. Lebih kompleksnya lagi, hubungan keduanya berkembang menjadi romansa. Terlebih, di desa mereka masih banyak orang tua kolot yang menentang kebebasan dalam memilih orientasi seksual.
Mampukah Dew dan Pow mempertahankan perasaan satu sama lain?
Review :
Gue suka banget gimana film ini membangun hubungan dua karakter utama. Pertemuan mereka yang menyenangkan. Pertemuan yang biasa terjadi dalam kisah klasik romansa anak remaja.
Film ini juga berhasil mengekspresikan bagaimana susahnya hidup di kampung, apalagi pada masa dimana banyak orang terkungkung budaya dan adat istiadat. Semua kekangan dari keluarga misalnya, dari orang kampung yang kemudian menjadikan kehidupan di desa bahkan terasa lebih toksik dari pada di kota besar. Gue percaya pada konsep hidup yang dispill dalam film ini. Mungkin karena gue pribadi merasakan hal ini.
Mungkin yang menjadi sorotan adalah sebenernya ini tuh film yang ngasih tau bahwa perjuangan para gaya itu, lebih sulit ketika cowok itu sendiri lahir pada masa keadilan sosial belum ditegakan. Hak mencintai seseorang terlepas dari gender. Lu pasti moyoritas bakal punya bapak yang otoriter, boro-boro ngizinin elu pacaran sesama jenis. Lu mabal dari sekolah aja udah dihukum cambuk kayaknya mah.
Meskipun secara teori, mungkin film ini bisa terjadi dalam kehidupan nyata tergantung berapa lama memakan waktu untuk dua karakter bisa bertemu lagi. Tetapi gue sangat menyayangkan tentang pertemuan karakter utama, dengan sumber tubuh utama jiwa bereinkarnasi. Tapi gue aneh aja gitu sama karakter si cewek sekolahnya teh, dia kan masih muda gitu, terus bagaimana bisa seorang siswi sekolah, baru ketemu untuk pertama kali dengan seorang guru yang notabenenya seusia sama Bapak kandung dia, dan langsung jatuh cinta?? Maksudnya, terlepas dari dia teh punya jiwa pacarnya Pak Guru Pop dari masa lalu. Kan setidaknya hati nurani dia berkata, bahwa loveline mereka itu beneran gak nyambung kan? Masa elu suka sama Guru lo sendiri yang jaraknya usianya juga jauh??? Aneh banget sih sumpah. Dan si karakter Pop dewasanya juga demikian, lah kan gak keren banget kalo lo suka sama anak kecil bangsat ?! aneh sih emang.
Tapi mari kita lupakan pada bagian itunya ya. Gue pribadi suka bagian dimana kisah cinta Dew dan Pop remaja dituturkan dengan begitu sederhana, tetapi tetap sulit untuk diprediksi akan seperti apa.
Salah satu film adaptasi yang menurut gue enggak malu-maluin film aslinya. Layak menjadi bagian dari rekomendasi buat elu yang suka konten kehomo-homoan sih. hehehe
3, 5 / 5 Bintang
Komentar
Posting Komentar