OBAT TIDUR PALING ALAMI
Dari satu
bulan, hanya ada satu hari dimana malamnya aku tidak sanggup untuk melewatkan
ia dengan mata segar beserta pikiran liar. Ia kemudian akan berakhir dengan
cukup membosankan. Hening. Tetapi melenakan.
Malam itu aku
sangat lelah, mungkin karena seharian bebenah rumah. Melakukan banyak hal tidak
berguna rupanya tetap menguras energi pula. Tubuhku rasanya remuk dan tak bisa
digerakan. Bahkan, aku rela meninggalkan aktivitas penting sebelum tidur.
Seperti mendengarkan musik, menonton youtube, twitter, dan podcast. Untuk
mendengarkan semua itupun, gendang telingaku tak sanggup.
Hal paling
ajaib kemudian terjadi dalam hidupku saat ini. Malam itu. Aku terlelap begitu
saja. Tanpa harus melalui banyak drama kehidupan. Tidak perlu bantuan. Tak usah
overthinking. Tidak perlu bersusah payah menenangkan hati dengan zikir terbaik.
Aku hanya melamun. Mematikan cahaya lampu. Menengadah ke langit-langit sembari
dengan tatapan kosong. Lantas memejamkan mata yang entah sejak kapan langsung
mengantarkanku pada alam bawah sadar.
Setelah
terbangun subuh. Pikiranku tetap kosong. Ia berkelana entah kemana. Sepertinya
belum pulang sebagaimana biasanya aku mengeluh bahkan baru membuka mata.
Sialan, ini sangat canggung. Rasanya aku seperti sedang kerasukan sebuah sosok
yang sikapnya bertentangan denganku. Aneh.
Lalu
aku menghabiskan pagi dengan cara yang normal. Sambil masih memikirkan apa yang
baru saja terjadi tadi malam. Kuingat lagi, dalam tidurku yang nyenyak tadi
malam. Semuanya gelap gulita. Aku sama sekali tak terbangun. Apalagi bermimpi
mengerikan dan berbagai gangguan astral lainnya. Dan, aku ingat bahwa semalam
diriku mimpi bertemu dengan Ibuku.
“Bu,
tolong potong rambutku ya.” Pintaku padanya. Sementara Ibu hanya menatapku
tanpa berkata apapun.
Kalimat
yang langsung membuatku terdiam. Rupanya tidurku tidak benar-benar lelap. Tak
sepenuhnya gelap gulita. Disela keheningan di alam bawah sadar, aku masih
bermimpi.
Yang
menjadi pertanyaan, mengapa sosok Ibuku muncul? Sementara aku sendiri tidak
begitu merindukannya? Bahkan ketika hal itu terjadipun, beliau tak pernah
muncul lagi dalam tidurku.
Ini
tidak adil. Tuhan seolah tak pernah mengizinkanku lari dari rasa sakit. Rasa
sakit adalah pengantar tidur paling manjur.
Komentar
Posting Komentar